REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Alternatif dan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid pada Senin (14/6) berjanji mencegah Iran menjadi kekuatan nuklir.
"Kita perlu mempersiapkan bersama untuk kembali ke perjanjian nuklir dengan Iran," kata Lapid setelah menggantikan Gabi Ashkenazi sebagai menteri luar negeri yang baru.
Dia mengatakan Israel dapat mempengaruhi perjanjian nuklir sebelumnya antara Iran dan kekuatan Barat dan dia akan bekerja sama dengan Perdana Menteri Naftali Bennett untuk mencapai tujuan itu.
“Prinsip kami sama, Israel akan mencegah dengan cara apa pun kemungkinan Iran menjadi kekuatan nuklir,” ujar Lapid.
Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara sepihak menarik Washington dari perjanjian nuklir pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi untuk membawa Iran kembali ke negosiasi. Mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan keras menentang kembalinya AS ke kesepakatan nuklir.
Lapid juga mengumumkan bahwa pemerintahnya akan membangun dialog yang lebih baik dengan Amerika Serikat dan akan memperkuat hubungan dengan Yordania. Di bawah perjanjian koalisi baru antara delapan partai Israel, pemimpin sayap kanan Bennett akan memimpin pemerintah Israel selama dua tahun dan kemudian akan digantikan oleh Lapid yang berhaluan tengah selama dua tahun lagi.
Pemerintah baru, yang mengakhiri 12 tahun pemerintahan Netanyahu, secara resmi menjalankan tugasnya pada Senin setelah mengambil sumpah hukum pada Ahad. Analis Israel memperkirakan bahwa pemerintah koalisi akan menghadapi kesulitan untuk mempertahankan aliansi yang rapuh karena perbedaan ideologis antara partai-partai. Sejumlah analis juga memproyeksikan bahwa pemerintahan itu akan runtuh.