REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir 400 ribu server milik 1.500 perusahaan di seluruh dunia terekspos dan dapat ditemukan melalui internet. Menurut laporan “Exposed” 2021 yang diterbitkan oleh perusahaan keamanan siber Zscaler, siapapun di dunia dapat mencoba mengaksesnya, bukan hanya penjahat siber.
Mengetahui adanya server adalah setengah jalan dari pertempuran melawan penjahat siber. Artinya, jika penjahat siber mengetahui tentang server, dia kemudian dapat melihat-lihat konfigurasi server untuk potensi kerentanan yang dapat dieksploitasi. Laporan “Exposed” menemukan bahwa 47 persen dari protokol yang didukung sudah usang dan rentan terhadap serangan.
Dilansir dari Venture Beat, Rabu (16/6), penyedia cloud publik Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure Cloud dan Google Cloud Platform (GCP) menimbulkan risiko besar terhadap paparan serangan dengan lebih dari 60.5000 instansi. Rata-rata 40 eksposur per perusahaan.
Paparan cloud publik bisa sangat berbahaya karena banyak pemimpin keamanan TI mungkin tidak menyadari ruang lingkup infrastruktur cloud yang digunakan dalam organisasi mereka. Pemimpin TI harus mengambil langkah untuk menemukan tingkat penggunaan cloud publik di seluruh organisasi mereka dan mengidentifikasi cara untuk mengurangi permukaan serangan.
Industri perhotelan, yang mencakup restoran, bar dan vendor layanan makanan, memiliki rata-rata server terbuka dan instansi cloud publik tertinggi.Pandemi Covid-19 kemungkinan berkontribusi pada tingginya jumlah server yang terpapar karena banyak perusahaan harus berebut dalam waktu singkat untuk mengatur pemesanan online dan sistem pembayaran digital.
“Karena adopsi cloud terus berkembang, eksposur cloud juga akan meningkat,” kata Zscaler.
Untuk laporan “Exposed” tahun 2021, Zscaler menganalisis 1.500 permukaan serangan yang terlihat dari organisasi. Dia menyoroti dan mengidentifikasi tren serangan yang mempengaruhi bisnis dari semua ukuran di semua geografi dan industri.