REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA menempatkan elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto di lima besar calon presiden. Menanggapi hasil survei tersebut, Partai Golkar optimis elektabilitas Airlangga terus meroket.
"Pelan tapi pasti, kerja-kerja sosialisasi kami sudah terlihat hasilnya. Insya Allah terus meningkat popularitas dan elektabilitasnya," kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurul Arifin kepada Republika, Kamis (17/6).
Nurul menegaskan, bahwa saat ini Pak Airlangga masih fokus dalam pemulihan kesehatan dan ekonomi nasional. Hal senada juga disampaikan Plt Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Ace Hasan Syadzily. Ace yakin Airlangga sangat berpeluang besar untuk memenangkan pemilihan Presiden pada tahun 2024 nanti.
"Sebagai tokoh politik yang baru disebut-sebut sebagai calon presiden, Pak Airlangga sangat potensial untuk menjadi Presiden. Selain karena kinerjanya semakin diapresiasi masyarakat, perlahan-lahan upaya sistematis yang dilakukan para kader Partai Golkar di berbagai tingkatan sudah semakin terlihat hasilnya," ucap wakil ketua Komisi VIII DPR itu.
Ace mengatakan, semakin merangkaknya elektabilitas Airlangga menjadikan dirinya semakin optimis bahwa Pak Airlangga dapat menduduki kursi RI 1. Ia menuturkan, Airlangga sebagai ketua umum Partai Golkar memiliki tiket untuk dapat maju sebagai calon presiden dibandingkan nama-nama populer lainnya.
"Kami akan terus berjuang mensosialisasikan Pak Airlangga kepada masyarakat agar elektabilitasnya semakin tinggi, terutama di Jawa Barat, sebagai lumbung Partai Golkar," kata dia.
LSI Denny JA merilis hasil survei terbaru bertajuk '3 King/Queen Maker Pilpres 2024'. Hasilnya Airlangga Hartarto berada di urutan kelima dengan 5,3 persen di bawah Prabowo Subianto (23,5 persen), Ganjar Pranowo (15,5 persen), Anies Baswedan (13,8 persen), Sandiaga Uno (7,6 persen), Airlangga Hartarto (5,3 persen).
Kemudian, ada AHY dengan (3,8 persen), Puan Maharani (2 pesen), Erick Thohir (1,9 persen), dan Moeldoko (0,1 persen). Sementara yang tidak menjawab 26,5 persen.