REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Tri Rismaharini meyakini, penerapan mikro lockdown yang dilakukan pemerintah untuk menangani lonjakan kasus Covid-19 akan membuat ekonomi makro tetap berjalan. Risma mengatakan, karantina wilayah mikro lockdown dilakukan lantaran perbedaan karakteristik perekonomian warga di Indonesia, jika dibandingkan warga negara di luar negeri yang dapat menyisihkan pendapatannya dan dapat menggunakannya saat lockdown dilakukan.
"Lha kalau disini enggak, sekian hari dia dapat, dipakai makan terus besoknya habis. Kan enggak bisa dia survive (bertahan), dan tidak ada treatment (penanganan) apapun, karena itu yang bisa kita lakukan mikro lockdown," kata Risma usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden via video conference di Kantor Kementerian Sosial di Jakarta.
Menurut Risma, selama penerapan mikro lockdown kegiatan pasar, mal maupun hotel di suatu wilayah tetap dapat berjalan, namun disesuaikan dengan protokol kesehatan serta diawasi Satgas Penanganan Covid-19."Kalau di Surabaya itu pasarnya ada kelambunya, plastiknya, transaksinya ada caranya yang enggak bersinggungan langsung. Arus jalannya diatur, enggak boleh tabrakan dan satu arah, dibatasi dan dijaga. Di pasar juga ada Satgasnya," kata dia.
Bagi yang masih melakukan mobilitas dari luar kota dengan alasan pekerjaan, Risma menjelaskan, pelaksanaan tersebut kemungkinan akan seperti di Surabaya. Di antaranya dengan memberlakukan tes usap, baik di perkantoran maupun saat sudah masuk dalam domisili tinggal."Nanti keluarganya juga kita tracing (lacak), kalau ketahuan bisa kita isolasi semuanya," ujar Risma.