REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan organisasi teroris tetap menjadi ancaman utama bagi stabilitas di Timur Tengah dan Afrika Utara. Sampai saat ini, sel-sel teroris masih aktif.
“Setelah kekalahan ISIS, migrasi militan terlatih ke negara lain telah meningkat. Sebagian besar dari mereka pindah ke Libya,” kata Shoigu saat berpidato dalam acara Moscow Conference on International Security, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, Rabu (23/6).
Dia mencatat, sel-sel teroris aktif di Mali, Republik Afrika Tengah, dan Mozambik. Menurut Shoigu ada upaya untuk melibatkan kelompok teroris dalam upaya kelahiran kembali neokolonialisme, dan dalam penguasaan sumber daya alam.
Shoigu memperingatkan, menggunakan teroris sebagai sarana pengaruh politik adalah permainan yang sangat berbahaya. “Kami dapat memberikan beberapa contoh bagaimana teroris di Suriah menggunakan pengalaman pertempuran dan keterampilan mereka untuk mengatur serangan teroris di negara asal mereka," ucapnya.
Rusia diketahui merupakan sekutu utama pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Moskow mulai melakukan intervensi militer di sana pada 2015. Sejak saat itu, Pemerintah Suriah secara perlahan berhasil merebut dan menguasai kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya dihuni kelompok oposisi bersenjata. Assad menyebut mereka teroris..
Sejak 2011 Suriah dilanda perang sipil. Konflik masih berlangsung hingga saat ini. Peperangan yang berkecamuk di negara tersebut menyebabkan sedikitnya 400 ribu orang tewas. Lebih dari 7,6 juta warga terlantar dan kehilangan tempat tinggal. Kemudian lebih dari 4 juta lainnya mengungsi ke berbagai negara, termasuk Eropa dan Amerika.