Kamis 24 Jun 2021 00:42 WIB

Dokter: Perburukan Paru tak Cuma pada Pasien Varian Delta

Bekas luka paru-paru akibat Covid-18 bisa hilang dengan latihan pernapasan.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Andri Saubani
Pasien Covid-19 menunggu untuk dipindahkan ke ruang rawat inap di selasar IGD RSUD Cengkareng, Jakarta Barat.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pasien Covid-19 menunggu untuk dipindahkan ke ruang rawat inap di selasar IGD RSUD Cengkareng, Jakarta Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Dokter Spesialis Paru sekaligus Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), Erlang Samoedro mengatakan, perburukan paru-paru bisa terjadi kepada semua pasien yang terkena virus Covid-19 dengan varian apa pun. Sehingga, masyarakat tetap harus berhati-hati agar tidak terkena Covid-19.

"Perburukan paru-paru sangat cepat hingga 13 jam terjadi kepada semua pasien Covid-19 dengan varian apa pun. Tidak harus varian Delta," katanya saat dihubungi Republika, Rabu (23/6).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan akan terdapat bekas luka paru-paru karena terkena Covid-19. Hal ini akan hilang secara berangsur-angsur dengan latihan pernapasan.

Rajinlah untuk berlatih bagi yang sudah terkena Covid-19. Selain itu, ia mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan jaga kesehatan.

"Bagi yang sedang isolasi mandiri jangan keluar rumah, istirahat yang cukup dan makan yang seimbang. Bagi yang sehat jaga jarak, memakai masker dan cuci tangan," kata dia.

Sebelumnya diketahui, peningkatan kasus Covid-19 di Tanah Air sedang dalam kondisi naik. Situasi tersebut diperberat dengan ditemukannya varian baru B1617.2 atau varian delta asal India.

Akademisi dan Praktisi Klinis FKUI-RSCM, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, mengatakan varian Delta harus diwaspadai karena potensinya yang lebih berat dibanding virus corona yang sudah lebih dulu merebak sejak 2019. "Barusan lihat di website Gisaid untuk update kasus mutasi ternyata dalam empat minggu terakhir terjadi peningkatan 51,4 persen dari varian Delta dari India di Indonesia," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Senin (14/6).

Ia mengungkapkan, gejala pasien yang sakit karena virus varian Delta lebih berat dari virus sebelumnya. Virus varian Delta meningkatkan risiko terjadinya hilang pendengaran, nyeri ulu hati dan mual, pasien perlu rawat di rumah sakit, memerlukan suplementasi oksigen dan menimbulkan berbagai komplikasi.

Selain itu, kemampuan menginfeksi lebih mudah dan cepat. "Jika kita berada dalam satu ruangan dengan orang tersebut dan orang tersebut bersin atau berbicara maka virus akan lebih cepat berpindah ke orang lain jadi tetap protokol kesehatan ketat," paparnya.

photo
Gejala Covid-19 terkait varian Delta. - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement