REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Usaha aneka kerajinan masyarakat Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mulai bangkit. Pasalnya, permintaan konsumen meningkat.
"Kami selama sepekan terakhir ini omzet pendapatan mencapai Rp10 juta dari sebelumnya Rp1 juta," kata Kudil (45) seorang perajin Baduy di Kampung Kadu Ketug Kabupaten Lebak, Kamis (24/6).
Meningkatnya permintaan konsumen tersebut dipastikan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat Baduy. Di tengah pandemi COVID-19 wisatawan yang berkunjung ke permukiman Baduy relatif kecil.
Mereka para perajin khas produk Baduy kini menggeliat kembali dengan ramai di bale- bale rumah mereka menenun juga merajut tas koja yang bahan bakunya dari akar tanaman. Selain itu juga mereka memajang produk kerajinan Baduy di rumah agar dibeli konsumen, termasuk wisatawan.
Produk kerajinan Baduy di antaranya kain tenun, ikat kepala lomar, batik khas Badui, pakaian kampret khas Baduy, selendang kain tenun, tas koja dan aneka souvenir. Selama ini,pemasaran produk Baduy di antaranya konsumen langsung mendatangi perajin juga ada permintaan melalui digitalisasi secara online.
"Semuanya perajin itu bisa melayani juga pembayaran menggunakan rekening bank, " kata Kudil.
Amir, seorang perajin Baduy mengaku sejak beberapa pekan terakhir ini omzet pendapatan meningkat dibandingkan sebelumnya menghentikan produksi karena permintaan relatif sepi. Selain itu juga wisatawan ke kawasan Baduy mulai ramai bahkan ada juga wisatawan belanja hingga Rp3 juta. Meningkatnya permintaan itu, kata dia, tentu perajin Baduy cukup terbantu pendapatan ekonomi.
"Kami kini bisa menghasilkan ekonomi Rp20 juta per bulan dari sebelumnya Rp2 juta," katanya.
Begitu juga Jali (60) perajin Baduy mengaku bahwa selama dua pekan terakhir ini omzet pendapatan naik karena banyak wisatawan itu. Sebelumnya, paling bantar omzet pendapatan Rp500 ribu/minggu karena sepi wisatawan. Namun, kata dia, sejak dua hari terakhir menghasilkan pendapatan Rp8 juta.
"Kami berharap di masa pandemi itu pendapatam kembali normal," katanya.
Sementara itu, Heldi dan Nike wisatawan dari Jakarta mengatakan bahwa mereka belanja kain tenun juga selendang dan lomar produk kerajinan Baduy hingga Rp 4 juta untuk buah tangan. Pembayaran belanja juga lebih efisien karena perajin Badui bisa dilakukan rekening.
"Kami baru pertama kali mengunjungi Baduy dan senang alamnya hijau dan lestari juga produk kerajinan memiliki nilai tradisional," kata Nike sambil menyatakan dirinya menginap di pemukiman Badui Dalam.