REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel kembali mewajibkan pemakaian masker di dalam ruangan. Kebijakan itu diambil lantaran jumlah kasus infeksi Covid-19 kembali melonjak. Kekhawatiran gelombang baru wabah virus korona muncul usai kasus positif bertambah di atas 100 kasus per hari pada awal bulan ini.
Sebagian besar kasus dihubungkan dengan varian Delta dari luar negeri. Israel salah satu otoritas yang paling berhasil mengatasi pandemi.
Israel menerapkan program vaksinasi tercepat di dunia, hampir setengah dari 9,3 juta penduduknya sudah menerima satu atau dua dosis vaksin.
Tetapi 10 hari usai kebijakan wajib masker di dalam ruang dicabut, kepala penanggulangan pandemi Covid-19 Nachman Ash kembali meminta masyarakat memakai masker.
"Setiap hari kami melihat bertambah dua kali lipat, hal lain yang mengkhawatirkan adalah infeksi sudah menyebar," kata Ash di stasiun radio, seperti dikutip BBC, Jumat (25/6).
Kewajiban memakai masker adalah kebijakan pandemi virus korona terakhir yang dicabut. Sejak awal tahun ini Israel mulai mencabut satu demi satu kebijakan yang diterapkan untuk menahan laju penyebaran virus korona usai kasus positif menurun.
Di tengah kekhawatiran gelombang wabah kembali terjadi, Kota Binyamina di sebelah utara Israel yang melaporkan kasus infeksi tertinggi di negara itu ditetapkan sebagai 'zona merah'. Kota pertama yang masuk ke dalam kategori itu setelah berbulan-bulan.
Israel juga menunda membuka kembali negara itu dari wisatawan yang sudah divaksin selama satu bulan. Israel salah satu negara yang paling terdampak di awal pandemi tahun lalu. Di puncaknya bulan Januari tahun 2020 negara itu melaporkan 60 ribu kasus positif per pekan.
Setelah tiga kali menerapkan karantina nasional dan menggelar program vaksinasi. Angka kasus positif pun menurun drastis. Israel mencatat lebih dari 6.400 kasus kematian akibat virus Corona.