Senin 28 Jun 2021 11:02 WIB

Pakar: Delta Menyebar Secara Airborne, Varian Lainnya Juga

Pada April, WHO telah mengakui bahwa Covid-19 menular secara airborne.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Pasien Covid-19 dibawa menuju RS Royal London, Inggris, Senin (14/6). Peneliti di Inggris mencermati gejala Covid-19 kini berubah menyusul dominannya varian Delta.
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
Pasien Covid-19 dibawa menuju RS Royal London, Inggris, Senin (14/6). Peneliti di Inggris mencermati gejala Covid-19 kini berubah menyusul dominannya varian Delta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan meminta berita tentang Covid-19 penyebaran varian Delta secara airborne sebaiknya tidak disebarluaskan dengan cara sensasional. Varian Delta secara signifikan lebih menular, tapi pada dasarnya menyebar dengan cara yang sama seperti virus aslinya.

Penggunaan bahasa yang mengkhawatirkan saat menggambarkan varian Delta bisa menimbulkan kepanikan khalayak dan begitu banyak keresahan di berbagai negara. Profesor Nancy Baxter menjelaskan, konsep penyebaran serupa berlaku untuk virus Covid-19 asli dan varian Delta.

Baca Juga

Pimpinan di sekolah populasi dan kesehatan global Universitas Melbourne itu mengungkap, "kontak sekilas" adalah deskripsi akurat yang menggarisbawahi sifat virus di udara. "Penyebaran lebih mungkin jika berjarak dekat dan ada potensi partikel virus berada di udara, terhirup oleh seseorang yang lewat," ujarnya.

 

Setelah berbulan-bulan meneliti bukti ilmiah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mengakui penyebaran Covid-19 lewat udara (airborne) pada bulan April. Kondisi itu dapat terjadi ketika partikel virus tetap bergelayut di udara atau bergerak lebih jauh dari satu meter.

Studi laboratorium telah menemukan partikel virus dapat bertahan di udara dalam bentuk aerosol hingga 16 jam. "Karena ada penolakan untuk benar-benar mengakuinya, kami belum membuat rekomendasi yang seharusnya kami lakukan," kata Baxter.

Kepala program penelitian biosekuriti di Institut Kirby Universitas New South Wales, Profesor Raina Macintyre, mengatakan bahwa penularan melalui udara masih mungkin terjadi bahkan ketika tidak ada orang lain di ruangan pada waktu yang sama. Dia menyarankan sejumlah langkah pencegahan.  

Macintyre menyayangkan orang-orang masih terjebak dalam pola pikir bahwa Covid-19 bisa dicegah cukup dengan membersihkan tangan. Padahal, sebenarnya pesan terpenting ialah memerhatikan udara yang dihirup. Begitu pula pengaturan ventilasi dan pertukaran udara dalam ruangan.

"Ventilasi bisa membuat perbedaan. Jika ada orang-orang dalam ruangan, buka jendela. Jika Anda sedang mengendarai mobil bersama orang lain, buka jendelanya sedikit. Pakailah masker. Udara yang dihirup bersama yang paling perlu diperhatikan," tutur Macintyre.

Profesor Hassan Vall dari Universitas La Trobe mengatakan, meskipun varian Delta lebih menular, penularan Covid-19 dari kontak sekilas dimungkinkan pula pada varian awal virus. Varian Delta sebelumnya lebih dikenal dengan istilah B1.617.2.

Menurut data Inggris, varian Delta 60 persen lebih mudah menular di antara kontak anggota keluarga dibandingkan varian Alpha, yang sebelumnya merupakan strain dominan di Inggris dan 20 negara lain. Varian Alpha diprediksi 43-90 persen lebih menular daripada varian awal Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement