REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Amerika Serikat mengharapkan hubungan yang lebih stabil dan menguntungkan dengan Rusia. Namun jika Rusia terus menyerang, maka Washington akan merespons. Demikian ditegaskan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Pernyataan tersebut disampaikan Menlu Blinken dalam wawancara dengan surat kabar Italia La Repubblica, yang diterbitkan pada Selasa (29/6).
"Jika Rusia terus menyerang kami, atau bertindak seperti yang dilakukannya dengan serangan (siber) SolarWind, yang mengganggu pemilihan umum kami, dan melakukan agresi terhadap Navalny, maka kami akan merespons," katanya kepada La Repubblica.
Saat menyampaikan komentar itu, Blinken mengacu pada serangan siber (Rusia) dan peran kritikus Kremlin yang dipenjara, Alexei Navalny. Pada awal Juni, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan tingkat tinggi di Jenewa bahwa infrastruktur penting tertentu harus "dilarang" untuk serangan siber.
Dalam wawancara dengan surat kabar Italia itu, Blinken mengatakan bahwa China adalah yang paling rumit dalam hal hubungan. Namun dia juga mengatakan Amerika Serikat menghormati hubungan yang berbeda yang dimiliki negara-negara dengan China dan tidak akan meminta salah satu dari mereka untuk memilih di antara kedua negara.
"Namun, memang benar bahwa ketika kita berurusan dengan China -- sebagai lawan, saingan atau mitra -- kita jauh lebih efektif jika kita bertindak bersama-sama," ujarnya.
Blinken lebih lanjut mengatakan bahwa Italia telah melakukan upaya penting dalam merancang undang-undang yang bertujuan untuk melindungi jaringan 5G-nya dari para penjual yang tidak dapat diandalkan.
Menlu AS itu pun mendorong Italia untuk terus melakukan pemeriksaan jika masuk investasi dari negara-negara lain. Amerika Serikat telah melobi Italia dan sekutu Eropa lainnya untuk menghindari penggunaan peralatan yang dibuat oleh Huawei di jaringan generasi berikutnya (5G), dengan mengatakan perusahaan China dapat menimbulkan risiko keamanan. Namun, pihak Huawei telah membantah tuduhan itu.