REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Sapto Andika Candra, Arie Lukihardianti, S Bowo Pribadi
Presiden Joko Widodo menyampaikan saat ini adalah saat yang sulit. Kenaikan kasus Covid-19 tidak mudah bagi banyak bidang terutama dunia usaha, bagi perekonomian nasional dan global. Di Indonesia sendiri dalam beberapa pekan terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi.
Presiden pun mengajak semua pihak berhati-hati, tidak lengah dan harus waspada. Kepala Negara meminta pimpinan daerah memastikan ekonomi dan kesehatan berjalan beriringan.
Presiden mengaku belajar dari India yang pernah mengalami lonjakan kasus yang signifikan. "Kita saat Januari telepon India, kita belajar dari sana. Akhir Januari kasus kita naik sudah 176 ribu kasus. Pernah turun di Mei pertengahan, saya ingat, turun menjadi 87 ribu kasus. Tetapi begitu ada liburan, liburan Lebaran kemarin plus varian baru, hari ini kita naik melompat dua kali lipat lebih menjadi 228 ribu. Inilah yang saya sampaikan kita harus hati-hati, kita harus tetap waspada, kita tak boleh lengah," jelasnya, Rabu (30/6).
Presiden menegaskan varian baru Covid-19 terus dipelajari. Presiden juga mengaku kerap menelepon Wisma Atlet. Ia biasanya menelepon pada pukul 22.00 bahkan pukul 24.00 untuk memperoleh data.
"Saya selalu telepon ke petugas mengenai keterisian tempat tidur di Wisma Atlet. Pernah September itu 92 persen, saya betul-betul sudah gemetar, grogi betul, tapi bisa turun. Bahkan di pertengahan Mei, 18 Mei itu turun 15 persen, dari 92 ke 15 persen, sudah senang. Tapi begitu ada liburan, hari ini saya harus ngomong apa adanya, 90 persen," ujar Presiden.
Ia mengatakan belajar dari penanganan lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di India dalam menangani pandemi di Tanah Air. "Saat ini India sudah anjlok lagi turun menjadi 50 ribu kasus per hari. Kita belajar dari sana," ujar Presiden dalam sambutannya pada pembukaan Munas VIII Kamar Dagang dan Industri Indonesia di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Presiden mengatakan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, sudah menelepon Menkes India. Presiden juga telah menelpon Perdana Menteri India, Narendra Modi, untuk menanyakan penyebab lonjakan kasus di India.
"Dua-tiga hari, satu minggu ini juga sama, di negara lain lompatan eksponensial terjadi di Inggris, di Israel. Australia, di Sidney juga lockdown karena kenaikan sangat tinggi," ujar Presiden.
Untuk mengatasi semakin banyak orang terpapar, Presiden mengatakan Indonesia harus terus mengejar vaksinasi. Hingga hari ini vaksinasi sudah menyentuh angka 42 juta dosis. "Sekarang tidak ada tawar-menawar, Juli satu juta harus, Agustus 2 juta harus," ujarnya.
Untuk terus mengejar percepatan vaksinasi, hari ini Indonesia kembali menerima 14 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac. Kini total vaksin Covid-19 yang telah diterima Indonesia adalah 105 juta dosis. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, optimistis laju vaksinasi semakin kencang dengan pasokan vaksin yang terus bertambah.
Menkes menambahkan, sebanyak 105 juta dosis vaksin Covid-19 ini segera diolah menjadi 85 juta dosis vaksin siap pakai oleh PT Bio Farma dalam satu bulan ke depan. Selain itu pada Bulan Juli ini, pasokan vaksin Astrazeneca dijadwalkan kembali datang. Sementara vaksin produksi Pfizer dijadwalkan akan tiba pada Agustus mendatang.
"Sehingga jumlah vaksin yang masuk di semester kedua tahun ini akan menjadi semakin banyak dan kita akan mempercepat program vaksinasi di Indonesia agar insya Allah di akhir tahun 181,5 juta rakyat Indonesia sudah bisa divaksin at least satu kali," kata Budi saat menerima kedatangan vaksin Sinovac, Rabu (30/6).
Berdasarkan catatan pemerintah, per Selasa (29/6) sudah ada 28,3 juta orang yang mendapatkan vaksinasi Covid-19. 13,3 juta di antaranya, sudah mendapat vaksinasi dosis lengkap. Pemerintah sendiri terus mengebut laju vaksinasi. Pekan lalu, realisasi vaksinasi sudah bisa tembus 1 juta dosis per hari. Sedangkan pada Agustus nanti, ditargetkan laju vaksinasi bisa tembus 2 juta vaksinasi per hari.