REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pemerintah Kota Bekasi membatasi jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Chasbullah Abdulmadjid sebesar 75 persen kapasitas saja. Hal ini menepis adanya kemungkinan ditutupnya Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk pasien Covid-19 seperti yang dilakukan oleh Pemkab Bekasi.
"Saya enggak mau. Saya kasih target setinggi-tingginya 75 persen buat Covid-19, 25 persen noncovid," kata Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, kepada wartawan, Rabu (30/6).
Pengendalian Covid-19 dari sisi hilir, kata Pepen, sapaan akrabnya, sudah diupayakan dengan menambah tenda-tenda triase di halaman parkir RSUD. Tenda-tenda ituq kini jumlahnya mencapai 10 tenda.
"Di sini sudah kita tambah, triase, IGD-nya juga udah kita tambah, rumah sakit swasta kita minta 40 persen kapasitas," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan ruang instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat untuk sementara tidak menerima pasien non-Covid-19. Hal itu karena saat ini tingkat keterisian ruangan itu sudah mencapai 100 persen.
"Khusus IGD ya, mulai hari ini hanya bisa melayani pasien COVID-19, bagi pasien non-Covid-19 bisa ke klinik terdekat," kata Direktur Utama RSUD Kabupaten Bekasi dr Sumarti di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (29/6).
Dia mengatakan, pasien non-Covid-19 tetap akan dilayani, namun tidak di ruang IGD. Pihaknya telah menyiapkan poliklinik khusus hingga skema merujuk pasien ke rumah sakit terdekat.
"Tetap boleh masuk, kami sudah menyiapkan jalur khusus menuju atas (poliklinik) agar tidak kontak langsung dengan pasien Covid-19. Kalau ada pasien non-Covid yang kondisinya sudah kritis, kami juga sudah siapkan rujukan," kata Sumarti.