Jumat 02 Jul 2021 05:55 WIB

Kisah Mengerikan Gadis Palestina di Penjara Israel

Mays diikat ke kursi dengan tangan dan pergelangan kakinya.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Kisah Mengerikan Gadis Palestina di Penjara Israel. Ruang interograsi di penjara Israel. (ilustrasi)
Foto: anadolu agency
Kisah Mengerikan Gadis Palestina di Penjara Israel. Ruang interograsi di penjara Israel. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Para agen intelijen Israel berdiri dan bertepuk tangan dengan sarkastik saat para sipir membawa Mays Abu Ghosh (22 tahun) yang diborgol melewati koridor panjang menuju sel interogasi militer Israel. Mays merupakan mahasiswa jurnalistik dari Universitas Birzeit. 

"Mereka mengejek saya, mengatakan saya akan mati dalam interogasi," kata Mays dilansir di Middle East Monitor, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Di tengah siklus menstruasinya, Mays diikat ke kursi dengan tangan dan pergelangan kakinya dan meregangkan tubuhnya menjadi bentuk pisang selama berjam-jam, membuatnya tidak bisa tidur.

"Saya tidak bisa berjalan, para sipir menahan saya di sel," ujar Mays.

Tangan May terus-menerus berdarah karena belenggu. Dia menolak menjalani sesi interogasi militer lagi, jadi petugas intelijen itu menangkap Mays dan membantingnya ke dinding.

"Mereka tidak memberi saya tampon atau pakaian dalam yang saya butuhkan di masa sulit ini untuk wanita mana pun di dunia," ujarnya.

Mays ditahan di Pusat Interogasi Al-Maskobya yang terkenal kejam selama 33 hari. Selama dikurung, Mays kehilangan berat badannya hingga 12 Kg.

"Para petugas terus berusaha meyakinkan saya bahwa saya sudah gila dan mencoba bunuh diri, jadi mereka membawa pekerja sosial, tetapi mereka sebenarnya adalah petugas lain," kata Mays.

Ketika para petugas itu berada di sel bersama Mays, dia menunjukkan kepada mereka luka dan memar yang dideritanya akibat pelecehan yang dia alami dan bertanya kepada mereka: "Siapa yang ingin membunuh orang lain? Saya seorang pelajar, dan Anda sedang menahanku," ujarnya.

Mays sering meminta obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi rasa sakit di kepala dan ototnya, tetapi selalu ditolak. Mays juga dipaksa mendengar jeritan dan tangisan para tahanan lain yang disiksa secara fisik saat interogasi, dan juga menghadapi ancaman apa yang akan terjadi padanya akan lebih mengerikan.

"Mereka mengancam saya akan mati atau lumpuh di sini, dan mereka juga mengancam akan memperkosa saya," katanya.

Mays ditangkap pada 29 Agustus 2019. Dia dibebaskan pada 1 Desember 2020 setelah menjalani kurungan penjara selama 15 bulan. 

 

https://www.middleeastmonitor.com/20210627-horrific-tales-of-palestinian-girls-in-israeli-jails/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement