Kamis 08 Jul 2021 07:39 WIB

Cara India Mengatasi Kelangkaan Oksigen

Saat itu, India melarang penggunaan oksigen cair untuk kepentingan non kesehatan.

India memiliki beberapa cara untuk mengatasi kelangkaan oksigen (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
India memiliki beberapa cara untuk mengatasi kelangkaan oksigen (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- India pernah juga mengalami kekurangan oksigen. Sama seperti di Indonesia, kekurangaan oksigen India untuk medis di tengah pandemi Covid-19 juga banyak diberitakan. 

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan setidaknya ada lima hal yang dilakukan India ketika itu untuk mengatasinya, yakni: 

1. Sementara melarang penggunaan oksigen cair untuk kepentingan nonkesehatan. Pelaksanaannya pernah amat ketat dan industri lain memang tidak boleh menggunakan oksigen, bahkan disebutkan tanpa kecuali.

2. Menginisiasi pemasangan medical oxygen generation plants di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di negara itu. 

3. Mempercepat distribusi, seperti dengan oxygen express trains.

4. Peran aktif berbagai LSM, misalnya organisasi Hemkunt Foundation di mana 150 relawan melayani sekitar 15 ribu panggilan telepon, semacam pelayanan oksigen drive-thru. Ada juga Sewa International yang menyediakan oxygen concentrator.

5. Menerima bantuan oksigen dari negara lain, termasuk dari Indonesia. Amerika Serikat (AS) pernah menyumbang 1.100 silinder oksigen. Prancis juga menyumbangkan oksigen cair dan Inggris menyumbangkan oxygen concentrator. Jepang juga mengirimkan oxygen concentrator.

Tjandra mengatakan, ada negara bagian tertentu di India yang sudah sejak awal menyiapkan kemungkinan kasus. Di Kerala misalnya, cukup banyak rumah sakit yang sudah menyiapkan liquid oxygen processing unit yang amat memudahkan mereka pada masa kekurangan oksigen melanda berbagai rumah sakit di India.

"Jadi memang persiapan dan antisipasi sejak awal akan amat membantu ketika masalah sudah di depan mata," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (8/7).

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara berkedudukan di New Delhi ini mengatakan, hal yang paling penting untuk mengatasi kekurangan oksigen adalah menangani masalah di hulunya, yaitu menekan jumlah penduduk yang sakit. Tjandra menyebut, cukup banyak negara bagian di India (juga kota besar seperti New Delh dan Mumbai) yang melakukan lockdown cukup ketat sehingga mobilitas penduduk amat dibatasi.

Negara bagian lain menggunakan pembatasan sosial yang bervariasi sesuai pola epidemiologisnya masing-masing sehingga penularan di masyarakat juga dapat amat ditekan. India juga meningkatakan jumlah tes yang amat tinggi, menjadi sekitar dua juta orang per hari. Jumlah vaksinasi sampai delapan juta orang perhari. Ini merupakan jumlah yang amat besar.

Pada 8 Mei 2021 kasus baru Covid-19 per hari di India adalah 403.405 orang dan pada 8 Juni, sebulan kemudian, turun menjadi 92.596, jadi turun jadi seperempatnya. Bahkan pada 5 Juli 2021 angkanya hanya 34.703, jadi turun lebih dari 10 kali lipat lebih rendah dalam waktu tidak sampai dua bulan saja.

"Kita tentu mengharapkan agar angka pasien baru CovidD-19 di negara kita (Indonesia) yang pada  7 Juli 2021 sudah hampir 35 ribu kasus baru per hari dapat segera diturunkan pula," ujar Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement