REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penasehat Perkumpulan Petani Sarang Walet Nusantara (PPSWN) Benny Hutapea mempertanyakan nasib 20 eksportir walet yang tak kunjung memperoleh sertifikat ekspor ke Cina. Kendati permohonan sertifikasi itu sudah diajukan sejak tiga tahun lalu.
Benny menyebutkan hingga saat ini di Indonesia terdapat 49 perusahaan yang telah terdaftar sebagai pemegang ET-SBW (Eksportir Terdaftar Sarang Burung Walet). Dari jumlah itu, hanya 23 perusahaan yang telah mendapatkan sertifikasi izin ekspor sarang burung walet ke negeri tirai bambu itu.
Adapun nasib 20 perusahaan eksportir walet yang sudah mendaftar untuk mendapatkan sertifikat ekspor sarang burung walet ke Cina sejak 2018 masih belum jelas. "Sebagian sudah diaudit GACC, tapi sertifikasi ekspor ke Cina belum juga diperoleh,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (12/7).
Benny berharap pemerintah bersungguh-sungguh membantu dunia usaha mendapatkan sertifikasi ekspor sarang burung walet ke Cina. Terlebih di tengah upaya pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19 yang menyebabkan ekonomi global lesu.
Menurutnya Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan para menterinya untuk melakukan reformasi besar-besaran terhadap ekosistem berusaha bagi eksportir. Semua persoalan yang menghambat kinerja ekspor harus dihapus satu per satu, sedangkan prosedur birokrasi yang mengganggu juga harus segera dipangkas.
Perintah Presiden itu, ujar Benny, seharusnya dijalankan oleh para pembantunya yang terkait dengan urusan ekspor sarang burung walet ke Cina. "Namun sejak perintah itu disampaikan, nasib 20 perusahaan eksportir walet itu, belum jelas juga,” katanya menyesalkan.
Data yang dimiliki PPSWN menyebutkan, Indonesia tercatat sebagai sumber sarang burung walet terbesar di dunia. Sedangkan Cina merupakan konsumen terbesar sarang burung walet secara global. Ekspor sarang burung walet Indonesia ke Cina sepanjang 2020 mencapai 413,6 juta dolar AS.
Pada April 2021, Indonesia mengumumkan bahwa Cina akan mengimpor sarang burung walet asal Indonesia senilai 1,13 miliar dolar AS atau setara Rp 16 triliun. Kesepakatan itu diumumkan usai kunjungan Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi, Menteri BUMN Erick Tohir, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Cina.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan juga menyampaikan akan meningkatkan nilai perdagangan sarang burung walet Indonesia-Cina secara signfikan. Hal ini guna menggenjot nilai perdagangan kedua negara dari 31 miliar dolar AS pada 2021 menjadi 100 miliar dolar AS pada 2024.
Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk mendorong serta memberikan dukungan dan fasilitasi penuh terhadap ksportir produk sarang burung walet. Bahkan meminta importir sarang burung walet di Cina untuk melatih eksportir sarang burung walet Indonesia.
Karena itu Benny meminta lembaga pemerintahan yang berkaitan dengan ekspor sarang burung walet ke Cina agar memberikan perhatian yang serius terhadap masalah yang dihadapi para eksportir. Diharapkan tidak ada lagi hambatan dalam mendukung upaya pemerintah untuk menggenjot ekspor ini.