REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) merasa kehilangan atas meninggalnya salah satu putri terbaiknya, yaitu Rosita Sofyan Noer pada Ahad (11/7). Rosita merupakan Tenaga Profesional Bidang Geopolitik dan Wawasan Nusantara Lemhannas.
"Selama 24 tahun berkarya di Lemhannas RI, almarhumah menunjukkan dedikasi dan loyalitasnya yang luar biasa,” kata Gubernur Lemhannas, Letjen (Purn) Agus Widjojo di halaman Gedung Trigatra, Lemhannas, Jakarta Pusat, Senin (13/7). Agus bersama pimpinan Lemhannas memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum, sebelum dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Agus menjelaskan, Rosita dan Lemhannas merupakan dua entitas yang tidak dapat dipisahkan. Berbagai kegiatan Lemhannas, seperti Jakarta Geopolitical Forum, sambung dia, menjadi saksi bagaimana integritas Rosita mencurahkan perhatian dan pemikirannya bagi Lemhannas.
"Berkali-kali dan kepada banyak pihak sebelum meninggal, almarhumah menyampaikan keinginannya untuk disemayamkan di Lemhannas sebelum dimakamkan," ucap Agus.
Wakil Gubernur Lemhannas, Marsdya Wieko Syofyan memiliki kenangan manis dengan Rosita. Dia menyebut, dua kali almarhumah menyampaikan amanat terakhirnya, saat bersama-sama mendampingi peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) dalam kegiatan Studi Strategis Luar Negeri (SSLN) ke Rusia pada 2019.
Pun pada 2020, saat minum kopi bersama kala waktu senggang di ruang kerja Wieko. "Beliau menyampaikan berharap sekali mendapat kesempatan untuk disemayamkan di Lemhannas RI apabila beliau wafat. Saya cukup tertegun mendengarnya dan segera mengalihkan pmbicaraan karena saya tahu kalau kesehatan Beliau memang cukup serius untuk menjaganya dengan baik."
Rosita lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat pada 28 September 1947. Almarhum adalah seorang dokter (ahli kesehatan) sekaligus pengusaha, aktivis hak asasi manusia (HAM), dan politikus yang mengabdi di Lemhannas sejak 1997.
Sosok pengajar cerdas dan kritis ini adalah lulusan Universitas Indonesia (UI), Columbia University, International Relatios JFK School of Government Harvard University, serta alumnus Kursus Singkat Angkatan (KSA) VI Lemhannas 1996.
Rosita pernah menjadi anggota MPR, pengurus Ikatan Alumni UI, Wakil Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni (Ikal) Lemhannas, dan pengurus Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Rosita juga pernah menjadi omisioner Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk pemerintah Indonesia untuk menyelidiki peristiwa 1998.
Sampai akhir hidupnya, selain aktif di Lemhannas, Rosita juga memimpin sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) Organisasi Kesatuan Bangsa serta menjadi Ketua Kesatuan Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa.
Selamat jalan menuju keabadian Rosita. Beristirahatlah dalam damai. Lemhannas selalu mengenang jasa-jasamu.