REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Sekitar 4.941 warga di Makassar, Sulawesi Selatan, memiliki saturasi oksigen rendah di bawah 90 persen. Data ini diperoleh dari tim detektor Covid-19 Makassar yang telah bergerak serentak ke seluruh lorong dan rumah warga.
"Tim detektor kami berhasil mendata dan ini penting karena saturasi oksigen itu penting dan tercatat angka 4.941 orang yang saturasinya memang sangat rendah," ujar Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, Rabu (14/7).
Berdasarkan literatur, saturasi oksigen adalah tolok ukur kesehatan untuk menakar besarnya kadar oksigen dalam aliran darah. Pemeriksaan kesehatan ini penting untuk mengetahui kondisi seseorang apakah sedang kekurangan oksigen atau tidak. Terutama bagi pengidap penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, pneumonia, kanker paru-paru, anemia, gagal jantung, serangan jantung, hingga Covid-19.
Danny dalam rapat koordinasi monitoring dan evaluasi Makassar Recover bersama Forkopimda dan jajarannya sebanyak 61.137 warga yang sudah terdata oleh tim detektor. Dari hasil itu, ternyata warga dengan kondisi suhu badan di atas 38 derajat Celsius dideteksi sebanyak 740 orang.
Sementara, untuk saturasi oksigen di bawah 90 persen terdapat 4.941 orang. Terlepas dari cacian yang mereka dapat serta kurangnya pengawasan camat dan lurah pada tim detektor di wilayah masing-masing, namun, tim detektor menunjukkan hasil kinerja yang cukup baik.
"Tim detektor kami masih turun melakukan upaya tracing dan kami juga sudah siapkan tempat isolasi jika memang ada warga yang hasil pemeriksaan lanjutan itu positif," ujarnya.