Jumat 23 Jul 2021 16:06 WIB

Olimpiade Tokyo Ingin Satukan Dunia Bangkit

Sayangnya upacara pembukaan ini harus diiringi dengan meningkatnya kasus Covid-19

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Muhammad Akbar
Sejumlah relawan Olimpiade Tokyo 2020 berfoto bersama di kawasan Stadion Nasional, Tokyo, Jepang, Kamis (22/7/2021). Olimpiade Tokyo 2020 bakal dibuka pada Jumat 23 Juli 2021 pukul 20.00 waktu setempat. Para pemimpin dari sekitar 15 negara dan organisasi internasional dijadwalkan hadir dalam pesta olahraga dunia yang digelar saat pandemi COVID-19 tersebut.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Sejumlah relawan Olimpiade Tokyo 2020 berfoto bersama di kawasan Stadion Nasional, Tokyo, Jepang, Kamis (22/7/2021). Olimpiade Tokyo 2020 bakal dibuka pada Jumat 23 Juli 2021 pukul 20.00 waktu setempat. Para pemimpin dari sekitar 15 negara dan organisasi internasional dijadwalkan hadir dalam pesta olahraga dunia yang digelar saat pandemi COVID-19 tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Upacara pembukaan Olimpiade Tokyo akan digelar pada Jumat (23/7).  Penyelenggara membuat acara pembuka ini dengan konsep "Disatukan dengan Emosi".

Konsep ini sebagai dasar atas harapan negara tuan rumah dalam menyatukan dunia melalui olahraga selama pandemi Covid-19. Upacara pembukaan pun menjadi apresiasi bagi manusia di seluruh dunia yang tetap bertahan akibat pandemi Covid-19.

"Itulah mengapa kami ingin semua orang mengalami kegembiraan, kebahagiaan dan terkadang kekecewaan melalui penampilan kompetitif para atlet," tulis pernyataan panitia dilansir dari laman The Korean Herald.

Dalam upacara pembukaan ini penyelenggara memiliki tujuan untuk menghidupkan kembali peran olahraga dan nilai Olimpiade dan apresiasi bagi seluruh pihak yang membuat Olimpiade tetap terselenggara. Termasuk sebagai harapan bagi masa depan.

"Kami berharap ini akan menjadi pengalaman yang menyampikan bagaimana kita memiliki kemampuan untuk merayakan perbedaan, berempati dan hidup berdampingan dengan kasih sayang satu sama lain," lanjut pernyataan tersebut.

Sayangnya upacara pembukaan ini harus diiringi dengan meningkatnya kasus Covid-19 di Tokyo dan sekitarnya. Sejumlah atlet dinyatakan positif Covid-19 dan kehilangan kesempatan untuk bertanding. Penyelenggara pun mengakui ada panitia yang terjangkit Covid-19.

Pandemi pun memaksa upacara pembukaan tidak dapat dihadiri oleh penonton. Bahkan beberapa sponsor memilih untuk absen menghadirinya sebagai antisipasi penyebaran kasus.

Dalam kesempatan tersebut tidak banyak atlet yang akan berbaris untuk mewakili negra mereka. Bahkan banyak negara mengurangi delegasi mereka untuk memastikan keselamatan atletnya. Korea Selatan misalnya, mereka hanya menurunkan enam ofisial dan 20 atlet dalam acara tersebut.

Produser eksekutif upacara pembukaan Olimpiade Marco Balich mengakui upacara akan menjadi lebih serius dibandingkan sebelumnya. Bahkan sebelum upacara berlangsung, terjadi pengunduran diri dan pemecatan dari tim kreatif atas skandal.

Pada bulan Maret lalu, direktur kreatif Olimpiade, Hiroshi Sasaki mengundurkan diri setelah menyarankan selebriti bertubuh besar, Naomi Watanabe untuk ambil bagian di upacara pembukaan.

Selanjutnya ada komposer upacara pembukaan, Keigo Oyamada yang memilih untuk berhenti setelah skandal perundungan pada anak cacat yang dia lakukan menyeruak ke publik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement