REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB - Rezim Bashar al-Assad dan pendukungnya sejak bulan lalu telah melanggar perjanjian gencatan senjata di Provinsi Idlib, barat laut Suriah, setidaknya 800 kali, hingga menewaskan 66 warga sipil.
“Rezim Suriah, kelompok teror yang didukung Iran, dan Rusia telah melanggar gencatan senjata lebih dari 800 kali dalam 45 hari terakhir,” ungkap Muhammed Hallaj, kepala Kelompok Koordinasi Tanggap Darurat, kepada Anadolu Agency.
“Dari 66 korban, 29 di antaranya adalah anak-anak, 10 perempuan, dan lima staf bantuan kemanusiaan," tambah dia.
Menurut Hallaj, pasukan rezim juga menargetkan pusat pertahanan sipil dan fasilitas kesehatan. Akibatnya, 19 bangunan tidak dapat beroperasi karena serangan tersebut.
“Setidaknya 4.500 warga sipil mengungsi akibat serangan rezim Assad dan para pendukungnya. Jika serangan berlanjut, 250.000 lebih warga sipil mungkin terpaksa mengungsi,” kata dia lagi.
Idlib berada dalam zona de-eskalasi yang disepakati antara Turki dan Rusia pada Maret 2020. Namun, rezim Suriah secara konsisten melanggar ketentuan gencatan senjata dengan meluncurkan serangan di dalam zona de-eskalasi.
Suriah telah terperosok dalam perang saudara sejak awal 2011, ketika rezim Bashar al-Assad menyerang kelompok pro-demokrasi dengan brutal. Sejak itu, sekitar setengah juta orang terbunuh dan lebih dari 12 juta orang lainnya terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka.