REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Kota-kota besar di Vietnam akan memperpanjang atau memperketat pembatasan untuk menahan penyebaran COVID-19. Pasalnya, kasus baru harian COVID-19 menembus angka 6.000 selama tujuh hari berturut-turut, kata pihak berwenang pada Rabu (28/7).
Setelah sukses menahan laju sebaran virus cukup lama selama pandemi, Vietnam menghadapi rekor kenaikan infeksi harian sejak terjadi lonjakan kasus pada akhir April. Vietnam melaporkan 6.559 kasus baru COVID-19 pada Rabu, sehingga totalnya mencapai lebih dari 120.000 sejak awal pandemi.
Sekitar 450.000 orang di negara berpenduduk 98 juta jiwa itu telah divaksinasi penuh, menurut data resmi. Pemerintah telah menerapkan pembatasan ketat terhadap pergerakan warga di sepertiga luas wilayah negaraitu, termasuk pusat bisnis Kota Ho Chi Minh di selatan dan ibu kota Hanoi di utara.
"Hanoi akan memberlakukan aturan yang lebih ketat di kawasan-kawasan berisiko tinggi untuk melawan wabah," kata Ketua Kota Chu Ngoc Anh, dalam sebuah pernyataan, dilansir dari reuters, Kamis (29/7).
Otoritas di Kota Ho Chi Minh mengatakan kota mereka mungkin perlu memperpanjang periode jaga jarak sosial hingga satu atau dua minggu setelah 1 Agustus ketika kasus infeksi terus meningkat. Akibat wabah yang meluas, Majelis Nasional, lembaga legislatif negara itu, memutuskan untuk mempersingkat masa sidang di Hanoi selama tiga hari yang berakhir pada Rabu lalu.
Pihak berwenang telah bergegas untuk mengisolasi sementara ruang pertemuan dan melakukan tes pada jurnalis yang meliput acara penutupan setelah ditemukan satu kasus suspek COVID-19. Wabah terbaru telah meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk menjaga persediaan vaksin dan mempercepat imunisasi.Vietnam telah menerima lebih dari 14 juta dosis vaksin COVID-19 dari beragam sumber, termasuk donasi, skema berbagi-vaksin global COVAX dan pengadaan sendiri.
Sebuah berita terkait pernyataan pemerintah Inggris tentang donasi 9 juta vaksin menyebutkan bahwa kerajaan itu akan menyumbang 450.000 dosis vaksin AstraZeneca ke Vietnam.