Jumat 30 Jul 2021 00:26 WIB

Covid-19 Berubah Jadi Lebih Ringan pada Kasus Reinfeksi

Kena reinfeksi Covid-19, orang cenderung tak sakit parah dan viral load-nya rendah.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Tes PCR Covid-19. Studi di Inggris pada penyintas Covid-19 menunjukkan hanya satu persen yang mengalami reinfeksi. Mereka tak sakit parah dan daya tularnya terpantau rendah.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan menilai Covid-19 mulai berubah menjadi penyakit yang lebih ringan pada kasus reinfeksi. Hal ini terlihat dari lebih rendahnya viral load atau jumlah virus SARS-CoV-2 saat orang terinfeksi untuk kali kedua.

Dengan viral load (daya tular) yang lebih rendah, pasien Covid-19 dalam kasus reinfeksi memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk menyebarkan virus. Selain itu, orang terinfeksi juga cenderung lebih sulit untuk jatuh sakit.

Baca Juga

Temuan ini disampaikan oleh Office for National Statistics (ONS) berdasarkan studi yang melibatkan para penyintas Covid-19 di Ingris. Temuan ini dinilai mengindikasikan bahwa imunitas tubuh bekerja dengan baik berkat dorongan infeksi alami dan juga program vaksinasi.

Studi yang dilakukan pada April 2020 hingga Juli 2021 ini melibatkan 19.470 partisipan yang pernah terkena Covid-19. Di antara para partisipan ini, sebanyak 195 orang atau sekitar satu persen partisipan terkena Covid-19 untuk kedua kalinya.

Hanya seperempat dari kasus reinfeksi yang memiliki viral load tinggi. Sebagai perbandingan, dua per tiga kasus Covid-19 non reinfeksi atau kasus infeksi pertama memiliki viral load yang tinggi.

Angka CT (cycle threshold) rata-rata pada kasus infeksi Covid-19 pertama adalah 24,9. Di sisi lain, kasus reinfeksi memiliki angka CT rata-rata sebesar 32,4. Angka yang lebih rendah menunjukkan viral load yang lebih tinggi.

Di samping itu, studi ini juga mendapati bahwa kasus bergejala lebih jarang ditemukan pada kelompok pasien reinfeksi. Gejala Covid-19 yang umum ditemukan pada kasus reinfeksi pun tak jauh berbeda, seperti batuk, kelelahan, dan sakit kepala.

"Dan kami tak menemukan bukti adanya perbedaan gejala antara varian delta dan varian-varian lain," ungkap ahli statistika senior untuk Covid-19 Infection Survey ONS Rhiannon Yapp, seperti dilansir The Sun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement