REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Hero Supermarket Tbk membukukan kinerja yang negatif sepanjang semester I 2021. Pada periode tersebut, emiten dengan kode saham HERO ini membukukan rugi bersih sebesar Rp 551 miliar, naik dibandingkan periode tahun lalu yang sebesar Rp 220 miliar.
Peningakatan angka kerugian ini seiring dengan turunnya pendapatan perseroan pada semester I 201. Pendapatan perseroan pada periode tersebut turun sebesar 26 persen dari Rp 4,9 triliun menjadi Rp 3,6 triliun. Penurunan pendapatan ini juga membuat laba kotor turun 20 persen dari Rp 1,2 triliun menjadi Rp 1,0 triliun.
Perseroan terus menghadapi tantangan yang cukup signifikan pada semester pertama tahun 2021 akibat pandemi, terkait penerapan PPKM (Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan perubahan pola belanja pelanggan.
"Kinerja keuangan underlying bisnis ritel groseri perseroan pada semester pertama terus terkena dampak negatif dikarenakan pandemi maupun restrukturisasi," kata Presiden Direktur HERO, Patrik Lindvall, dalam keterangannya seperti dikutip, Senin (2/8).
Patrik mengatakan, setelah tinjauan strategi bisnis yang mendalam, pada bulan Mei Perseroan mengumumkan bahwa akan mengubah pendekatan perdagangannya dengan meningkatkan investasi pada bisnis IKEA, Guardian dan Hero Supermarket serta beralih dari merek Giant.
Perubahan strategi ini merupakan respon yang menentukan dan diperlukan guna menghadapi dinamika pasar yang berubah, terutama mengingat pola belanja pelanggan Indonesia yang menjauh dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir, serta dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
Penjualan like-for-like Guardian Health & Beauty meningkat secara signifikan pada kuartal kedua dibandingkan kuartal pertama dikarenakan pola belanja pelanggan secara bertahap normal kembali. Laba underlying juga meningkat pada semester pertama dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Namun, pemberlakuan PPKM Darurat yang diterapkan pada Juli lalu berdampak pada penjualan. Guardian tetap berkomitmen untuk memperkuat proposisi nilai dan relevansinya dengan pelanggan dan terus fokus pada pengendalian biaya untuk memastikan dapat keluar secara solid dari kondisi perdagangan yang sulit saat ini.
Total penjualan IKEA tumbuh terutama karena pembukaan toko ketiga IKEA Indonesia di Bandung pada kuartal pertama. Pembatasan kapasitas operasional, kondisi perdagangan yang menantang akibat Covid-19, dan kendala rantai pasokan berdampak pada ketersediaan produk dan penjualan like-forlike.
Profitabilitas IKEA dipengaruhi oleh biaya pra-pembukaan yang lebih tinggi terkait dengan pembukaan toko baru dan penurunan penjualan like-for-like. Program ekspansi toko IKEA terus berjalan menuju pembukaan toko keempat IKEA di Jakarta Garden City yang diharapkan akan dibuka pada akhir tahun ini. Menyusul pengumuman perubahan pendekatan strategis PT Hero, perseroan bermaksud untuk mengubah beberapa toko Giant menjadi IKEA dan Hero Supermarket. Perseroan terus melakukan diskusi aktif dengan pihak ketiga sehubungan dengan divestasi sejumlah toko dan properti yang dimiliki yang diharapkan transaksi tersebut dapat selesai pada kuartal ketiga.
"Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan aset akan memberikan PT Hero pendanaan untuk mendukung inisiatif pertumbuhannya di masa depan," kata Patrik.
Patrik memperkirakan tahun 2021 akan tetap penuh tantangan. Jangka waktu pandemi dan sejauh mana dampaknya terhadap PT Hero masih belum pasti. Namun demikian, Perseroan tetap berkomitmen pada bisnis ritelnya di Indonesia dan memilki keyakinan kuat akan posisinya sebagai peritel kompetitif yang solid dalam jangka panjang.