Selasa 03 Aug 2021 06:01 WIB

Gara-Gara Sertifikat Vaksin, Pemuda Dipukul Satpam di GBK

Korban mengatakan pelaku mungkin memukulnya karena ia ngeyel untuk masuk.

Rep: Febryan. A  / Red: Ratna Puspita
Seorang pemuda, Zaelani (27 tahun), mengaku dipukuli seorang satpam di Gelora Bung Karno (GBK), Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (30/7). Keesokan harinya atau Sabtu (31/7), Zaelani melaporkan kejadian itu ke Mapolres Metro Jakarta Pusat.
Foto: istimewa
Seorang pemuda, Zaelani (27 tahun), mengaku dipukuli seorang satpam di Gelora Bung Karno (GBK), Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (30/7). Keesokan harinya atau Sabtu (31/7), Zaelani melaporkan kejadian itu ke Mapolres Metro Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pemuda, Zaelani (27 tahun), mengaku dipukuli seorang satpam di Gelora Bung Karno (GBK), Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (30/7). Zaelani juga mengatakan ia dipaksa menandatangani surat damai. 

Menurut Zaelani, semua pengalaman tak mengenakan yang dialaminya terjadi hanya karena persoalan sertifikat vaksin. Awalnya, dia mendatangi GBK untuk meminta sertifikat vaksin yang tak kunjung diterima meski sudah mendapat dosis kedua di sana pada 31 Mei. 

Baca Juga

Sesampainya di pos satpam di pintu lima GBK pada Jumat sekitar 11.00 WIB, Zaelani mengatakan, petugas menyuruhnya ke pos dua satpam. Namun, ia mengatakan, pos dua ternyata tak bisa melayaninya karena khusus untuk pengemudi ojek online. 

"Akhirnya saya balik lagi ke pos lima. Di situ juga tetap nggak bisa, tapi saya tetap ngeyel untuk bisa masuk, saya argumen untuk tetap masuk," kata dia ketika dihubungi, Senin (2/8). 

Tak bisa meladeni argumen Zaelani, satpam di pos 5 meminta satpam lain untuk menghadapinya. Satpam yang datang belakangan ini tetap tak mengizinkan Zaelani masuk. 

"Nah, di situlah kejadian dipukul. Dipukul sama orang kedua yang baru datang. Dia pukul mungkin karena emosi saat saya ngeyel untuk masuk," ujar Zaelani. 

Ia menyebutkan, satpam itu memukul pelipisnya sebelah kiri menggunakan tangan. Zaelani tak melawan dan lebih memilih kabur dari pada makin babak belur. 

Ternyata, satpam itu mengejar Zaelani dan berhasil menangkapnya. Ia lalu digiring kembali ke pos satpam. Ia mengaku diintimidasi di sana dan dipaksa menandatangani surat damai agar tak melaporkan kejadian itu ke polisi. 

"Ya akhirnya saya mau nggak mau bikin surat pernyataan yang isinya itu damai. Yang tanda tangan saya sendiri di atas materai yang disiapin satpam sedangkan yang mukul itu enggak tanda tangan di surat," ujarnya. 

Zaelani pun diperbolehkan pulang. Ia lalu pergi mengobati luka lebam dan robek pada pelipisnya. Keesokan harinya atau Sabtu (31/7), Zaelani melaporkan kejadian itu ke Mapolres Metro Jakarta Pusat. 

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Wisnu Wardhana, membenarkan pihaknya sudah menerima laporan tersebut. Laporan itu terdaftar dengan nomor registrasi: LP/B/997/VII/2021/SPKT/Polres Metro Jakarta Pusat/Polda Metro Jaya. 

"Benar sudah diterima laporannya. Sementara kita tindaklanjuti dan dalam proses," kata Wisnu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement