Jumat 13 Aug 2021 22:58 WIB

PB IDI Anjurkan tak Lakukan Tes Swab Antigen Secara Mandiri

Tes antigen mandiri diyakini tingkat akurasi rendah karena pengambilan sampel salah

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga menjalani swab test antigen di Altomed, Kelapa Gading, Jakarta. Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menanggapi terkait tes swab antigen yang dijual bebas secara online dan dilakukan mandiri oleh masyarakat.
Foto: Prayogi/Republika.
Warga menjalani swab test antigen di Altomed, Kelapa Gading, Jakarta. Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menanggapi terkait tes swab antigen yang dijual bebas secara online dan dilakukan mandiri oleh masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menanggapi terkait tes swab antigen yang dijual bebas secara online dan dilakukan mandiri oleh masyarakat. Menurutnya, hal tersebut tidak dianjurkan karena tingkat akurasinya rendah dan dikhawatirkan pengambilan sampelnya salah.

"Yang utama adalah saya tidak menganjurkan Anda melakukan tes swab antigen mandiri. Betul hasilnya cepat dan tidak perlu antre. Harganya juga terjangkau dibandingkan di fasilitas kesehatan. Tapi bagaimana dengan tingkat akurasinya? bagaimana kalau pengambilan sampelnya salah?," katanya dalam cuitan di akun Twitter miliknya, Jumat (13/8).

Kemudian, ia menjelaskan hasil dari tes usap atau swab antigen memang cukup cepat. Tapi, yang jadi konsern adalah alat tes ini ramai diperjualbelikan di e-commerce. Sehingga banyak orang melakukan tes secara mandiri yang berisiko menghasilkan false negatif.

Dengan memasukkan cotton bud panjang ke hidung hingga tiba di nasofaring juga bukan perkara mudah. Ada kemungkinan jika dilakukan mandiri itu hanya sampai rongga hidung saja dan yang terambil itu adalah air liur bukan lendir.

"Pemeriksaan sampel air liur ini tentu lebih sulit dalam mendeteksi virus dan cenderung menunjukkan hasil negatif. Nah, bagaimana jika tes usap mandiri itu menunjukkan hasil positif? hal ini yang menurut saya cukup berbahaya bagi pasien," kata dia.

Persoalannya, kalau hasilnya itu positif, orang tersebut tidak bisa menentukan sendiri bahwa dia cukup isolasi mandiri begitu saja. Itu belum tentu benar. Beberapa orang yang positif kan memerlukan perawatan yang intensif di rumah sakit. 

"Seperti diinfus, dapat suntikan heparin, tambah oksigen, obat-obat dexamethasone, remdesivir, Favipiravir dan sebagainya. Kalau orang itu seharusnya perlu tindakan-tindakan medis tadi, kemudian tidak mendapatkannya, ya akan berbahaya untuk jiwanya," kata dia.

Ia menambahkan ada hal terkecuali yaitu pemakaian alat tes usap antigen dipandu dan dimonitor oleh profesional. Misalnya melalui video call, zoom atau apapun yang bisa memberi tahu orang itu benar atau salah dalam pemakaiannya. 

"Kalau diketahui positif, ya berlanjut dengan konseling. Penting untuk dicatat, tes antigen hanya screening awal. Hasilnya harus tetap dikonfirmasi dengan tes usap PCR. Yang juga penting adalah, Anda harus melapor ke petugas puskesmas jika hasil tes antigen Anda positif demi kepentingan pendataan dan memutus mata rantai Covid-19," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement