REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim monitoring dan evaluasi Kantor Staf Presiden (KSP) mengapresiasi dan mendukung percepatan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura sebagai rumah sakit rujukan nasional untuk memenuhi kebutuhan penanganan Covid-19 di kawasan Indonesia Timur.
"Inisiatif perbaikan infrastruktur kesehatan merupakan hal penting untuk menjamin kesehatan masyarakat, sehingga pembangunan seperti ini harus dipercepat dan tidak mengganggu pelayanan kesehatan bagi masyarakat," kata Tenaga Ahli KSP, Rini S. Modouw saat meninjau kesiapan pemda dalam penanganan pandemi di RSUD Dok II Jayapura, Provinsi Papua, dikutip dari siaran resmi KSP.
Namun, pembangunan ini juga harus diimbangi dengan tersedianya jumlah tenaga kesehatan yang memadai, seperti dokter spesialis, tenaga kesehatan, dan tenaga perawat.
“Oleh karenanya, KSP akan mendorong ketersediaan kuota nakes untuk pengangkatan honorer nakes dengan format afirmasi,” tambah Rini.
Lebih lanjut, ia mengatakan pihaknya akan meneruskan permohonan dari pemda untuk melakukan afirmasi action ke pusat melalui Kemendagri dan Kemenkes.
Sebagai informasi, RSUD Dok II Jayapura merupakan rumah sakit rujukan utama untuk penanganan Covid-19 di Papua. Selain itu, RSUD Dok II Jayapura merupakan salah satu dari 14 rumah sakit rujukan nasional yang telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) 390/2014.
Saat ini pihak rumah sakit sedang menggenjot proses pembangunan gedung rawat inap VIP, gedung untuk spesialis jantung. Pihak Rumah Sakit juga berencana untuk segera mempersiapkan pembangunan gedung pengembangan ibu dan anak serta traumatic center di tahun depan. Proses pembangunan dan perbaikan di RSUD Dok II Jayapura ini pun ditargetkan selesai tahun 2024.
Sebelumnya proses pembangunan RSUD Dok II Jayapura sempat terhenti selama 8 tahun. Namun pembangunan RS dilanjutkan setelah kepemimpinan berganti dan kebijakan pemimpin daerah memperbaiki kondisi tersebut dengan respon cepat guna membantu penanganan Covid-19 di Papua.
Direktur RSUD Dok II Jayapura Aloysius Giay mengatakan, rumah sakit sempat mengalami kesulitan dalam menangani Covid-19 seiring dengan lonjakan kasus di Papua sekitar 3 minggu lalu. Pihak rumah sakit pun sempat kewalahan karena jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki tidak sebanding dengan jumlah pasien yang ditangani, walaupun pada akhirnya situasi krisis dapat tertangani dengan baik.
“Kalau kami tolak (pasien Covid-19) sini, nanti mereka mau ke mana lagi?” kata Aloysius.
Sementara itu, data dari Satgas Covid-19 nasional per 13 Agustus menunjukkan adanya 241 penambahan kasus positif di Papua yang menjadikan total kasus Covid-19 di provinsi timur Indonesia itu menjadi 29,779 kasus.