Selanjutnya, Monica kembali menemukan emosi kemarahan saat Presiden memaparkan kinerja lembaga-lembaga negara dalam menanggulangi pandemi, salah satunya BPK RI yang sudah berinovasi mewujudkan akuntabilitas. Presiden lalu mengatakan, "Saya mengapresiasi upaya-upaya BPK untuk memberikan informasi temuan pemeriksaan agar ditindaklanjuti oleh pemerintah, baik di pusat maupun di daerah".
"Beliau antara statement berbeda dengan ekspresinya. Pernyataannya seperti itu, tetapi kontra dengan ekspresinya, ada kemarahan," tutur Monica.
Kemarahan berikutnya, saat Presiden mengaku paham pada kepenatan hingga kesusahan yang dialami masyarakat selama pandemi. Di tengah kritikan yang diterima, pemerintah berusaha menjawabnya dengan pemenuhan tanggung jawab.
Jokowi lalu mengatakan, "Terima kasih untuk seluruh anak bangsa yang telah menjadi bagian dari warga negara yang aktif, dan terus ikut membangun budaya demokrasi".
Monica menemukan ada ekspresi halus (subtle expression) pada bagian "Terima kasih untuk seluruh anak bangsa yang telah menjadi bagian dari warga negara yang aktif", diikuti kemarahan kala menuturkan pada kalimat setelahnya, yakni "...dan terus ikut membangun budaya demokrasi".
"Jadi ekspresinya terharu karena suaranya bergetar dan hampir menangis. Ini kemungkinan beliau juga mengapresiasi anak bangsa yang kemarin sudah menang di Olimpiade, atau para pahlawan yang membantu warga dengan beragam aplikasi anak muda," ujar dia.
"Dan dilanjutkan dengan terus ikut membangun budaya demokrasi. Di sini ada mikroekspresi kemarahan, saya mensinyalir ini ditujukan kepada anak-anak muda yang justru malah berdemo, misalnya yang mengatakan Presiden sebagai "king of lip service"," kata Monica.