REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore ditutup terkoreksi dipicu sentimen tapering bank sentral Amerika Serikat The Fed. Rupiah ditutup melemah 50 poin atau 0,35 persen ke posisi Rp14.453 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.403 per dolar AS.
"Rupiah hari ini melemah cukup signifikan karena memang dampak dari sinyal tapering oleh The Fed," kata analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (20/8).
Menurut Rully, hampir semua mata uang negara berkembang melemah terhadap dolar AS akibat pelaku pasar berekspektasi pengetatan stimulus atau tapering mulai dilakukan oleh bank sentral AS pada tahun ini."USD index-nya juga naik signifikan. Jadi dapat disimpulkan memang lebih banyak faktor global yang berpengaruh," ujar Rully.
Dari dalam negeri, jumlah kasus harian Covid-19 tampaknya tak meminimalisir pelemahan rupiah."Penurunan kasus harian Covid-19 tidak mampu menahan sentimen sinyal tapering," katanya.
Jumlah kasus harian Covid-19 di Tanah Air terus menurun di mana pada Kamis (19/8) mencapai 22.053 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 3,93 juta kasus. Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar Covid-19 mencapai 1.492 kasus sehingga totalnya mencapai 122.633 kasus.
Sementara itu, jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 29.012 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 3,47 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif Covid-19 mencapai 334.752 kasus.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.455 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.440 per dolar AS hingga Rp14.473 per dolar AS.Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat melemah ke posisi Rp14.464 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.414 per dolar AS.