REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Ahad (22/8) menolak gagasan tentang pengiriman pengungsi Afghanistan ke negara-negara dekat Rusia.
Putin menegaskan bahwa ia tidak mau "ekstremis hadir di sini di bawah kedok pengungsi," lapor Kantor Berita Rusia. Putin mengkritik gagasan dari sejumlah negara Barat untuk merelokasi pengungsi dari Afghanistan ke negara tetangga Asia Tengah selagi menunggu visa ke Amerika Serikat dan Eropa mereka diproses.
"Apakah itu artinya mereka dapat dikirim tanpa visa ke nagara-negara itu, ke tetangga kami, sementara mereka sendiri (negara Barat) tidak mau membawa mereka tanpa visa?" menurut Kantor Berita TASS mengutip pernyataan Putin di hadapan pemimpin partai Rusia Bersatu yang berkuasa.
"Mengapa ada prosedur memalukan seperti itu untuk mengatasi masalah tersebut?" katanya.
Amerika Serikat menggelar pembicaraan rahasia dengan sejumlah negara dalam upaya putus asa untuk mengamankan kesepakatan penampungan sementara warga Afghanistan berisiko yang bekerja untuk pemerintah AS, lapor Reuters pekan lalu. Putin menyatakan Rusia, yang mengizinkan perjalanan bebas visa bagi warga negara bekas Soviet di Asia Tengah, menentang gagasan tersebut.
"Kami tidak mau ekstremis muncul di sini di bawah kedok pengungsi," menurut TASS mengutip pernyataan Putin.
Saat sejumlah negara Barat bergegas mengevakuasi warga dari Afghanistan, Moskow memuji Taliban lantaran telah mengembalikan ketertiban menyusul pengambil alihan Afghanistan. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebutkan bahwa para pemimpin Taliban sejauh ini telah menepati janji mereka.
"Kami melihat pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh Taliban mengenai penghentian aksi pertempuran, amnesti untuk semua yang terlibat dalam konfrontasi, perihal perlunya dialog nasional ... itu sekarang sedang dijalankan," katanya seperti dikutip RIA.
Menurut Lavrov, Taliban mulai melakukan kontak dengan mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai.