REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nawang Lukman Priyonggo
Saya ingin mengawali tulisan ini dari sebuah kisah dalam hadist yang diriwayatkan Imam Tirmidzi. Dimana Nabi melihat sahabatnya meletakkan untanya di depan masjid tanpa diikat, kemudian Nabi bertanya kepada sahabatnya.
“Kenapa kamu tidak mengikat unta kamu?”
Lalu sahabat itu menjawab, “Kami telah bertawakal kepada Allah.” Nabi pun menegurnya, “Kamu salah. Kamu ikat dulu unta kamu lalu masuk masjid, sholat di masjid dan bertawakallah kepada Allah.” Dari kisah tersebut ada beberapa poin yang perlu kita ambil dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang saat ini sedang terjadi:
Pertama, terlebih dahulu saya ingin menyampaikan tentang makna tawakal di dalam Islam sebagaimana dijelaskan di dalam hadis diatas, dalam bertawakal kita tidak hanya langsung pasrah begitu saja, akan tetapi harus ada usaha terlebih dahulu sebelum kita bertawakal kepada Allah.
Terlebih di masa pandemi Covid-19, tawakal kita harus diimbangi dengan usaha yang maksimal, karena kita yakin bahwa virus ini ada, maka perlu untuk selalu menjaga diri dengan selalu menerapkan pola hidup yang sehat dan mematuhi protokol kesehatan.
Kedua, selalu menjaga keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, karena Allah akan selalu menjaga hambanya yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan juga meminta tolong kepada-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Al-Fushilat: 30.
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Yang Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang berkata bahwa Tuhannya adalah Allah, kemudian dipertahankan secara (istiqamah). Maka Allah turunkan bagi mereka malaikat-malaikat agar mereka tidak mengalami ketakutan dan kesedihan. Dan beri kabar gembira bagi mereka yang akan memperolah surga yang dijanjikan atas keistiqamahannya. (QS. Al-Fushilat: 30)
Lalu yang ketiga adalah, meneguhkan beberapa sikap yang disampaikan oleh Ibn Sina di dalam bukunya “Qonun fii Thib” dalam menghadapi pandemi yang sedang terjadi yaitu: (الوهم نصف الداء) kecemasan, kepanikan adalah setengah dari pada penyakit. (الإطمئنان نصف الدواء) ketenangan adalah setengah dari pada obat. Dan sikap yang terakhir adalah (الصبر أول قتوة الصفاء) kesabaran adalah langkah awal untuk mengapai kesembuhan.
Maka dalam kondisi yang tidak menentu seperti saat ini kita tidak perlu terlalu panik atau bersedih. Dan sudah seharusnya kita jalani ini semua dengan penuh keyakinan kepada Allah dengan selalau menjaga pola hidup yang sehat dan menebar kebaikan.