Senin 30 Aug 2021 22:28 WIB

Kontribusi Terbesar Penanganan Pandemi dari Gotong Royong

Menko PMK menyebut kontribusi penanganan pandemi dilakukan secara pentahelix

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Muhadjir Effendy menyebut, kolaborasi multipihak menjadi kunci dalam menghadapi berbagai bencana di Indonesia. Termasuk bencana non alam yang tengah kita hadapi yakni pandemi Covid-19.
Foto: Republika/Abdan Syakura
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Muhadjir Effendy menyebut, kolaborasi multipihak menjadi kunci dalam menghadapi berbagai bencana di Indonesia. Termasuk bencana non alam yang tengah kita hadapi yakni pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut, kolaborasi multipihak menjadi kunci dalam menghadapi berbagai bencana di Indonesia. Termasuk bencana non alam yang tengah kita hadapi yakni pandemi Covid-19.

Pemerintah kata dia, tidak akan bisa menghadapi persoalan bencana sendirian. Karena itu, keterlibatan pentahelix yang terdiri dari pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, civil society, dan media massa menjadi sangat penting dalam penanganan bencana dan pandemi Covid-19.

"Pentahelix saat ini telah menunjukan peran yang luar biasa. Keterlibatan akan terus diharapkan lebih meningkat di masa yang akan datang. Termasuk memperkuat hubungan pentahelix dalam penanganan bencana," ujar Muhadjir dalam Rapat Koordinasi "Menuju Paradigma Baru Dalam Kolaborasi Multipihak Dalam Penanggulangan Bencana di Indonesia", Senin (30/8).

Muhadjir mengatakan, bangsa Indonesia punya prinsip semangat gotong royong yang merupakan keunggulan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia. Gotong royong dari mereka yang berada di luar pemerintahan sangat berperan penting dalam penanganan pandemi Covid-19.

Bahkan, Muhadjir menyebut, kontribusi dari kelompok-kelompok strategis di luar pemerintah mengambil peran sebesar 70 persen dari penanganan Covid-19 di Indonesia "Baik sumbangan fisik, pikiran, tenaga, harta benda yang dikeluarkan oleh kelompok-kelompok strategis di luar negara itu saya kira sharenya di atas 70 persen," ungkapnya.

Muhadjir mengatakan, pemerintah memang sudah mengeluarkan bertriliun-triliun rupiah untuk Covid-19 dan segala dampaknya. Tetapi, Muhadjir memuji, yang dikeluarkan oleh kelompok strategis mulai dari pihak swasta, perguruan tinggi, masyarakat madani, dan media massa jumlahnya jauh lebih dari itu dan tak ternilai dengan uang.

Karena itu, Mantan Mendikbud ini bilang, pemerintah ingin mengembangkan semangat gotong royong ini menjadi tradisi dalam penanganan bencana dengan membentuk Klaster Penanganan Bencana.

"Selama ini gotong royong hanya dianggap sebagai slogan dan jargon. Padahal, sekarang kita baru rasakan ini lho yang namanya gotong royong. Ketika pengusaha harus mengeluarkan bantuan dengan segala keikhlasannya, ketika perguruan tinggi harus berupaya keras ikut membantu dan gerakan masyarakat madani dan dunia pers, semua harus bersatu menyelesaikan Covid-19 ini," katanya.

Gotong royong, sambungnya, adalah kristalisasi nilai pancasila, sebuah keikhlasan untuk berkorban, semangat untuk berbagi, bekerja sama dalam kerangka kebersamaan, bersatu mengatasi permasalahan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement