Kamis 02 Sep 2021 15:08 WIB

KPK: Praktik Suap di Sektor Konstruksi Harus Berkurang

Praktik suap seolah menjadi pintu bagi perusahaan swasta untuk mendapatkan proyek.

Deputi Bidang Pencegahan KPK Pahala Nainggolan
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Deputi Bidang Pencegahan KPK Pahala Nainggolan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan menegaskan, praktik suap di sektor konstruksi harus berkurang. "Segala macam atribut praktik suap atau gratifikasi yang berbentuk suap harus berkurang di sektor konstruksi," kata Pahala ketika memberi paparan dalam seminar bertajuk "Membangun Ekosistem Anti Penyuapan Melalui Penerapan ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan" yang diselenggarakan secara daring, Kamis (2/9).

Ia mengatakan, ekosistem anti-penyuapan di sektor konstruksi, khususnya, harus ditingkatkan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh lingkungan bisnis dan persaingan yang terjadi di antara sektor swasta.

Baca Juga

Praktik suap seolah menjadi pintu bagi perusahaan swasta untuk mendapatkan proyek. Kalau suatu perusahaan tidak melakukan suap dan perusahaan saingan mereka memberikan suap, besar kemungkinan perusahaan yang tidak melakukan suap menjadi tidak mendapatkan proyek.

"Sedangkan perusahaan swasta berorientasi pada proyek," ucapnya.

Karena itu, Pahala menekankan pentingnya tiga tingkatan dalam menjamin ekosistem anti-penyuapan yang kondusif, yaitu tingkat individu, tingkat organisasi, dan tingkat lingkungan bisnis. Menurut Pahala, dalam suatu perusahaan, instansi pemerintah, atau pemangku kepentingan lainnya, setidaknya terdapat satu individu yang sudah tersertifikasi sebagai Ahli Pembangun Integritas.

Sertifikasi tersebut merupakan jaminan bahwa individu yang bersangkutan dapat membedakan suap, gratifikasi, dan kerugian negara. "Ini (tindak penyuapan dan gratifikasi, red) yang harus dimitigasi, lewat orang yang bersertifikat dan tahu praktik suap atau gratifikasi," ujar Pahala.

Pada tingkat organisasi, ia mengatakan, perusahaan harus memiliki sistem manajemen anti-penyuapan yang baku. Baik berupa ISO 37001:2016, panduan sederhana, maupun panduan internal perusahaan, yang dapat menjadi acuan dan untuk mengedukasi pekerjanya mengenai praktik suap dan gratifikasi.

Perusahaan harus mengatur dengan tegas terkait kebijakan anti-penyuapan. "Karena kalau kasus suapnya terjadi dan itu kebijakan organisasi, maka akan dikenakan pidana korporasi," ucapnya.

Selanjutnya pada tingkat lingkungan bisnis, khususnya pada sektor konstruksi, akan melibatkan kontraktor, konsultan, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Bagi Pahala, tingkat ini yang paling lemah.

Ia berharap diberlakukan penerapan teknologi yang masif guna mendukung transparansi terkait harga barang dan jasa. Pahala meyakini, teknologi dapat menjadi pendorong keterbukaan harga untuk perbaikan lingkungan bisnis.

"Kayaknya (tingkat, red) lingkungan ini bisa diperbaiki kalau terbuka, paling nggak lingkungan bisnis ini ada cerahnya sedikit," katanya.

Pahala mengajak agar seluruh pihak, yakni pemerintah, swasta, dan pemangku kepentingan lainnya dapat bekerja sama untuk mewujudkan ekosistem anti penyuapan, khususnya di sektor konstruksi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement