Kamis 02 Sep 2021 21:10 WIB

Syafruddin: Penistaan Agama Semestinya tak Perlu Terjadi

Syafruddin mengajak segenap elemen bangsa saling hormati agama

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol Syafruddin (tengah)  mengajak segenap elemen bangsa saling hormati agama
Foto: Republika/Fakhri Hermansyah
Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol Syafruddin (tengah) mengajak segenap elemen bangsa saling hormati agama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Belum lama ini kasus penistaan agama telah membuat gaduh masyarakat Indonesia. Dalam pandangan agama Islam penistaan agama adalah suatu perbuatan yang tidak ada manfaatnya, malah bisa menimbulkan kemudharatan.

Ketua Yayasan Indonesia Damai Mengaji, Komjen Pol Syafruddin, mengatakan akhir-akhir ini banyak terjadi penistaan agama. Sehingga menimbulkan kegaduhan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa serta menimbulkan masalah hukum.

Baca Juga

"Sebenarnya itu (penistaan agama) tidak perlu terjadi, apalagi kita dalam suasana yang sangat prihatin akibat pandemi Covid-19 yang dialami  seluruh umat manusia di dunia," kata Syafruddin saat Webinar bertema Penistaan Agama Dalam Pandangan Islam yang digelar Yayasan Indonesia Damai Mengaji, Kamis (2/9).

Dia mengatakan, karena sekarang dalam kondisi pandemi, ada saja orang yang menggunakan teknologi untuk membuat hal yang tidak bermanfaat seperti penistaan agama. Padahal teknologi bisa digunakan untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat.

Dia menerangkan, dalam konteks sejarah, Islam sebagai agama baru yang dibawa Nabi Muhammad SAW membuat dunia kaget. Karena Islam yang begitu pesat perkembangannya hadir di tengah-tengah dua imperium besar yang menguasai dunia dan telah berkuasa seribu tahun lebih, yakni imperium Persia dan Romawi.

"Sejak itulah dunia terperangah, dua imperium besar terperangah bahkan jatuh, ini dari aspek sejarah," ujarnya.

Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini mengatakan, ketika ajaran Islam merambah ke berbagai belahan dunia, terjadi banyak hal terhadap ajaran Islam. Sehingga pada Abad Pertengahan dan pada abad kontemporer saat ini, penistaan agama Islam tidak berhenti.

Syafruddin berpesan kepada generasi muda umat Islam dan bangsa Indonesia, daripada bertengkar serta saling mengkritik yang berujung kepada penistaan agama, lebih baik mendalami agama masing-masing. Untuk generasi muda Islam tentu baca, kaji dan pahami Alquran.

"Supaya keislaman kita bisa sempurna dan tentu ilmu pengetahuan fiqih dan tafsir itu bisa dikembangkan tapi yang utama adalah Alquran dan sunnah," ujarnya.   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement