REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Mantan ketua umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Buya Syafii Maarif menunggu Taliban membuktikan janjinya untuk bersikap inklusif dan moderat sebelum memutuskan mengakui rezim kepemimpinan kelompok itu di Afghanistan.
"Kita wait and see dulu. Katanya mau berubah tapi kan belum tampak buktinya. Kita tunggu bukti dulu," katanya saat ditemui di kediamannya di Perumahan Nogotirto, Sleman, Jumat (3/9).
Ia berharap aksi brutal saat Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996 sampai 2001 jangan sampai terulang mulai dari pengekangan hak kaum perempuan hingga pembunuhan. "Pengalaman tahun 1996 sampai 2001 itu parah, parah sekali. Anak perempuan tidak boleh keluar rumah, tidak boleh sekolah, pembunuhan, genosida, dan itu tidak karuan," kata dia.
Menurut Buya Syafii, selama berkuasa lima tahun Taliban telah memunculkan citra buruk terhadap Islam. "Taliban membawa keping neraka ke muka bumi. Semestinya kalau yang dipakai Islam harus membawa keping surga di muka bumi. Jangan dibalik-balik gitu. Orang yang tidak paham Islam itu menarik (kesimpulan) ini Islam, repot. Islam tidak seperti ini," terang dia.
Ia menilai janji Taliban untuk menampilkan wajah yang berbeda dengan saat kelompok itu berkuasa pada dua dekade lalu tidak mudah direalisasikan .Janji Taliban di antaranya akan menghormati hak-hak perempuan, memberi kesempatan pendidikan, dan menciptakan kondisi bagi mereka untuk bekerja.
"Mengubah ideologi kemudian tindakan itu tidak mudah. Kalau bisa berubah syukurlah," ujar Buya Syafii.
Selain itu, ia meminta pemerintah mewaspadai bangkitnya kelompok teroris di Indonesia seiring kemenangan Taliban. "Tentunya yang beraliran keras ini gembira, kita lihat saja. Indonesia harus waspada, terorisme itu musuh-musuh kemanusiaan. Walaupun mengatasnamakan agama dan Tuhan, tapi itu jelas pembajakan terhadap agama dan Tuhan. Apa pun mereka, komat-kamit membaca dzikir, seperti itu nggak bisa di percaya," kata dia.