Senin 06 Sep 2021 20:49 WIB

Senator: Pasukan AS akan Kembali ke Afghanistan

Lindsey Graham mendorong agar AS mendukung milisi anti-Taliban di Panjshir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan khusus Taliban berjaga di luar Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban memegang kendali penuh atas bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkannya landasan pacu, menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.
Foto: AP/Khwaja Tawfiq Sediqi
Pasukan khusus Taliban berjaga di luar Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban memegang kendali penuh atas bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkannya landasan pacu, menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Senator Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Lindsey Graham telah meningkatkan seruan untuk memakzulkan Presiden Joe Biden. Hal itu sehubungan dengan penarikan pasukan AS dari Afghanistan.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Graham mengatakan dia yakin pasukan AS akan kembali ke Afghanistan. “Kami akan kembali ke Afghanistan saat kami kembali ke Irak dan Suriah,” ujarnya, dikutip Sputnik, Senin (6/9).

Baca Juga

Menurut dia, AS tak punya pilihan lain atas hal tersebut. “Kita harus melakukannya karena ancaman (teror) akan begitu besar,” katanya seraya menambahkan bahwa Afghanistan dapat menjadi sarang untuk “perilaku radikal”, termasuk tempat aman kelompok Alqaidah.

Graham mengungkapkan, kekhawatiran akan munculnya elemen teroris adalah alasan mengapa AS kembali ke Irak. Saat ini Washington menempatkan 5.000 tentara di negara tersebut.

Graham menyarankan AS membantu kelompok Front Perlawanan Nasional Afghanistan (FPNA) yang tengah memerangi Taliban di Lembah Panjshir. Menurutnya, dengan adanya penentangan semacam itu, Taliban tidak akan bisa memerintah Afghanistan.

“Mereka (Taliban) dibenci rakyat Afghanistan. Apa yang akan terjadi seiring waktu saat Anda melihat resistensi meningkat? ISIS akan datang setelah Taliban besar dan seluruh negara akan pecah di tahun depan, menciptakan badai yang sempurna bagi kepentingan Barat untuk diserang,” kata Graham.

AS telah menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan pada 30 Agustus lalu. Hal itu menandai berakhirnya 20 tahun misi militer Washington di negara tersebut. Penarikan itu tercantum dalam kesepakatan damai yang dicapai AS dengan Taliban pada Februari 2020 lalu. Dalam kesepakatan itu, Taliban menolak melakukan pembicaraan damai intra-Afghanistan sebelum seluruh pasukan asing hengkang dari Afghanistan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement