REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hari Santri 2021 akan jatuh pada bulan depan, tepatnya pada 22 Oktober. Ketua Rabithah Ma'ahid Al Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI-PBNU) KH Abdul Ghofar Rozin (Gus Rozin) menyampaikan, peringatan Hari Santri tahun ini harus tetap mengedepankan kewaspadaan terhadap pandemi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
"Sedangkan bagi pesantren yang berada di zona aman silakan menyelenggarakan upacara dan kegiatan luar ruang lain yang melibatkan para santri, tentunya dengan prokes," kata dia kepada Republika.co.id, Jumat (10/9).
Gus Rozin menngatakan, memperingati Hari Santri berarti merawat memori kolektif masa lalu untuk dijadikan modal membangun masa depan yang lebih baik. Pada peringatan Hari Santri tahun ini, tema yang diangkat adalah 'Bertumbuh, Berdaya, Berkarya'. Tema ini menggambarkan karakteristik dan nilai pesantren.
"Pesantren terus bertumbuh dari sejak 1400-an sampai saat ini baik secara kualitas maupun kuantitas. Dan pesantren juga berdaya dan mandiri baik secara nilai, tata kelola, dan ekonomi serta memberdayakan masyarakat sekitar sehingga pesantren dengan masyarakat sekitarnya saling menguatkan," jelasnya.
Pesantren, tambah Gus Rozin, juga terus berkarya seperti lahirnya sejumlah kitab dari pesantren. Selain itu, sejumlah kreativitas dan inovasi juga banyak lahir dari pesantren. Menurutnya, tema tersebut dalam konteks pandemi Covid-19 mengandung harapan agar santri dan pesantren bisa segera bangkit.
Gus Rozin juga menyampaikan, salah satu rangkaian dalam memperingati Hari Santri 2021 yaitu melaksanakan Shalawat Nariyah untuk Negeri. Dalam agenda ini, para santri se-Indonesia akan membaca shalawat nariyah untuk memberikan kesejukan dan menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk segera bangkit dari keterpurukan yang terjadi selama masa pandemi Covid-19.
Dia juga menjelaskan, makna sejati dari Hari Santri ialah meluruskan sejarah yang sempat terlupakan yakni resolusi jihad 22 Oktober 1945. Kedua, memupuk kesadaran publik bahwa santri dan pesantren adalah elemen penting bangsa yang mandiri dan memiliki potensi besar. Ketiga, memompa semangat para santri untuk makin siap berkiprah memajukan bangsa menyambut era industri 4.0 dan masyarakat 5.0.
Lebih lanjut, Gus Rozin mengungkapkan, sejauh ini perhatian pemerintah terhadap pesantren dan santri sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. "Meskipun dirasakan masih perlu ditingkatkan terutama soal rekognisi dan pemberdayaan pesantren," tuturnya.