REPUBLIKA.CO.ID, — Ghibah dan adu domba (namimah) adalah salah satu dosa besar yang Allah SWT dan Rasulullah SAW larang.
Syekh Ali Jumah, mantan Mufti Agung Mesir dan anggota senior Dewan Ulama Mesir, mengatakan dilarang duduk bersama orang-orang yang melakukan dosa-dosa tersebut, sebagaimana dilarang bagi seseorang untuk mendengarkan pantangan dan melihat hal-hal yang buruk.
Syekh Jumah mengutip pernyataan Sufyan bin Uyainah yang mengatakan sebagai berikut:
الْغِيبَةُ أَشَدُّ مِنَ الدَّيْنِ، الدَّيْنُ يُقْضَى، وَالْغِيبَةُ لَا تُقْضَى “Ghibah lebih parah daripada utang. Utang bisa saja ditunaikan, tetapi ghibah tidak bisa ditunaikan (maafnya).”
Oleh karenanya, Komite Kajian Islam Mesir, menyarankan jika seseorang duduk di majelis dan ada banyak omong kosong, membuang-buang waktu, atau berbicara berdosa atau tidak berguna, atau bahkan berbicara fitnah dan gosip, lebih baik dia memperbanyak dzikir dan doa kafaratul majelis.
مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ، فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ ، إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ
“Barangsiapa yang duduk di dalam suatu majlis, lalu banyak senda guraunya yang tidak bermanfaat dalam majlis tadi, lalu dia mengucapkan sebelum berdiri meninggalkan majelis itu:
(subhanakallahum wa bihamdika asyhadu alla ilaha illa Anta astaghfiruka wa atubu ilaik/Mahasuci Engkau, ya Allah dan saya mengucapkan puji-pujian padaMu. Saya menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Engkau, saya mohon ampun serta bertaubat pada-Mu), melainkan orang tersebut pasti diampunkan untuknya apa-apa yakni dosa yang diperolehnya dari majlis yang sedemikian tadi.
Komite menjelaskan ghibah dan adu domba termasuk sifat-sifat tercela dan perbedaan di antara mereka, bahwa ghibah adalah menyebut seseorang dalam ketidakhadirannya dengan apa yang dia benci, sedangkan adu domba adalah melihat orang yang dibicarakan sedang berjalan di antara orang-orang demi menjatuhkan mereka. Allah pun melarang ghibah dan gosip melalui firman Nya, dalam Al Hujurat ayat 11-12,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ.يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).
Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Mahapenerima Taubat, Mahapenyayang.”