REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Seorang mualaf asal Amerika Serikat Brian Wright menyebut pertemuannya dengan Islam mengubah kehidupannya. Ia bahkan mendalami Islam lebih jauh dengan mempelajari agama di berbagai negara Muslim hingga kini berprofesi sebagai Asisten Profesor Studi Islam di Universitas Zayed, Abu Dhabi.
Selain hidayah Islam, Brian mengaku hidup di negara-negara Muslim menjadi pengalaman luar biasa. Mudahnya menemukan orang-orang saleh, makanan halal, hingga situs-situs Islam. Tapi ia mencatat beberapa pengalaman berbeda saat tinggal di negara-negara itu.
Hidup dekat dengan sejarah
Ketika hidup dalam masyarakat mayoritas Muslim, dia menyebut mempelajari sejarah tidak hanya dari teks, tapi bisa langsung merasakan dan melihatnya. Di Mesir, misalnya, ada tempat peristirahatan terakhir anggota keluarga dan sahabat Nabi Muhammad, benteng yang dibangun oleh Salahuddin sendiri, dan lembaga-lembaga seperti Al Azhar yang dapat dicapai dengan naik bus.
"Tertarik dengan karya Imam Syafi'i? Ia dimakamkan di sebelah gurunya, Imam Layth ibn Sa'd, di sisi Selatan Kairo. Hadits? Ibnu Hajar al-Asqalani tinggal hanya berjalan kaki singkat," katanya dilansir dari About Islam, Selasa (7/9).
"Negara-negara Muslim juga merupakan pusat pengetahuan yang berharga. Di AS, saya selalu harus mencari guru yang baik atau menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan buku baru. Di India, Anda bisa naik kereta api dan dalam beberapa jam Anda akan menemukan pusat pembelajaran Islam di Deoband atau Nadwa di Lucknow," tambahnya.
Menurutnya, toko buku dan perpustakaan, dengan pengetahuan berabad-abad mudah dijangkau di negara itu. Selain itu, hidup di tengah masyarakat mayoritas Muslim, Islam akan selalu menjadi perhatian publik.
Baca juga : Saudi Siap Denda Jamaah Umrah Tanpa Izin