Rabu 15 Sep 2021 14:37 WIB

Program Ini Jadi Pendorong Naiknya Ekspor Pertanian

Nilai ekspor pertanian meningkat 17,89 persen menjadi 340 juta dolar AS.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pekerja menunjukan biji kopi saat proses roasting di tempat produksi Dunia Kopi di Pasar Santa, Jakarta, Selasa (14/9). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pertanian Indonesia pada bulan Agustus 2021 mengalami 17,89 persen menjadi 340 juta dolar AS dari bulan sebelumnya.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja menunjukan biji kopi saat proses roasting di tempat produksi Dunia Kopi di Pasar Santa, Jakarta, Selasa (14/9). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pertanian Indonesia pada bulan Agustus 2021 mengalami 17,89 persen menjadi 340 juta dolar AS dari bulan sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pertanian Indonesia pada bulan Agustus 2021 mengalami pertumbuhan 17,89 persen menjadi 340 juta dolar AS dari bulan sebelumnya. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan, jika ditelisik lebih jauh, kenaikan tersebut sejalan dengan aktivitas ekspor produk pertanian yang dikemas dalam konsolidasi merdeka ekspor 2021.

Itu digelar pada 14 Agustus lalu di 17 pintu bandara dan pelabuhan Indonesia dan menghasilkan devisa negara kurang lebih sebesar Rp 7,2 triliun. Kuntoro menyebut, pemerintah juga terus meningkatkan komitmenya dalam menjaga kenaikan ekspor melalui program jangka panjang Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks) ataupun dalam bentuk konsilidasi Merdeka Ekspor.

"Karena itu kami jaga terus peningkatan produksi nasional, baik itu komoditas pangan, peternakan, hortikultura maupun perkebunan untuk mengamankan kebutuhan dalam negeri dan yang memiliki potensi ekspor. Penting bagi pemerintah mengutamakan ketersediaan 11 kebutuhan pokok untuk dalam negeri dan mendorong peningkatan kesejahteraan petani, melalui peluang pasar baru," kata Kuntoro, dalam Siaran Pers, Rabu (15/9).

Sebelumnya, Kepala BPS, Margo Yuwono menjelaskan kenaikan ekspor pertanian terjadi karena adanya kenaikan tinggi ekspor komoditas kopi sebesar 30,55 persen, kemudian buah-buahan tahunan tumbuh 70,03 persen,   dan hasil hutan bukan kayu lainnya tumbuh sebesar 33,76 persen.