Sabtu 18 Sep 2021 01:05 WIB

Taro Kono Jadi Pesaing Kuat dalam Pemilihan PM Jepang

Suga mengundurkan diri setelah satu tahun menjabat sebagai perdana menteri Jepang

Red: Nur Aini
Kandidat Perdana Menteri Jepang, Taro Kono
Foto: EPA
Kandidat Perdana Menteri Jepang, Taro Kono

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sejumlah kandidat perdana menteri Jepang berikutnya secara resmi meluncurkan kampanye mereka pada Jumat (17/9), dan menteri vaksin Taro Kono yang populer diharapkan menjadi pesaing utama menggantikan Yoshihide Suga.

Perlombaan untuk menuju kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa berubah secara tak terduga dua pekan lalu ketika Suga mengatakan dia akan mundur sehingga memicu persaingan sengit. Suga mengundurkan diri setelah hanya satu tahun menjabat sebagai perdana menteri Jepang. Pemenang pemilihan pimpinan LDP pada 29 September akan menjadi perdana menteri berdasarkan mayoritas suara partai di majelis rendah parlemen Jepang.

Baca Juga

Citra LDP telah dirusak oleh persepsi publik bahwa Suga ceroboh dalam menangani pandemi Covid-19. LDP ingin wajah baru untuk membawa mereka meraih kemenangan dalam pemilihan umum yang diharapkan berlangsung dalam waktu dua bulan. Perlombaan untuk menjadi pemimpin Jepang berikutnya berlangsung antara empat kandidat.

Kono yang populer dan memiliki sejumlah latar belakang pekerjaan termasuk portofolio urusan luar negeri dan pertahanan, berhadapan dengan mantan menteri luar negeri Fumio Kishida, mantan menteri dalam negeri Sanae Takaichi, dan mantan menteri kesetaraan gender Seiko Noda. Tidak seperti dalam pemilihan LDP pada 2020, ketika Suga menggantikan perdana menteri saat itu Shinzo Abe, anggota akar rumput LDP akan bergabung dengan anggota parlemen dalam memberikan suara.

Pemilihan secara resmi diluncurkan oleh para perwakilan dari masing-masing pesaing yang mendaftarkan pencalonan mereka di markas LDP pada Jumat. Kono secara luas dipandang sebagai kandidat terdepan karena popularitasnya di mata publik, yang secara teratur memilih Kono sebagai kandidat favorit mereka untuk perdana menteri Jepang. Kono memahami media dan pernah menempuh pendidikan di Amerika Serikat, dan pada usianya 58 tahun, dia termasuk sosok yang lebih muda untuk menjadi seorang perdana menteri Jepang.

Sejumlah investor juga baru-baru ini lebih menyambut pencalonan Kono daripada Kishida. Peluang Kono pada pekan ini diperkuat ketika anggota top LDP Shigeru Ishiba, yang populer dengan peringkat dan jejaknya di partai dan telah mempertimbangkan pencalonannya sendiri, memberikan dukungannya kepada Kono. Namun, Kono memiliki reputasi sebagai seseorang yang tidak ortodoks dan bersifat independen, sehingga para tetua di LDP yang dikuasai faksi mungkin lebih menyukai Kishida (64 tahun) yang bersuara lembut dan berasal dari salah satu faksi partai yang bersifat mempromosikan perdamaian.

Para tetua LDP memandang bahwa Kishida mungkin lebih baik daripada Kono dalam membangun konsensus. Kandidat lainnya, Sanae Takaichi (60 tahun), adalah murid mantan perdana menteri Shinzo Abe yang merupakan perdana menteri terlama di Jepang. Sanae merupakan anggota sayap paling konservatif di LDP. Abe secara terbuka mendukung Sanae melalui pernyataannya di Twitter pada Kamis malam dengan memuji "tekad Sanae untuk membela kedaulatan Jepang dan pandangannya yang kuat tentang bangsa". Pernyataan Abe itu menarik sejumlah komentar yang mendukung.

Seiko Noda (61 tahun) mengikuti pemilihan pada Kamis setelah memenangkan dukungan dari 20 anggota parlemen yang disyaratkan untuk dapat bergabung dalam persaingan. Noda dinilai hanya memiliki peluang kecil. Namun, Noda dapat berdampak besar pada kancah persaingan itu dengan mempersulit satu kandidat dalam memenangkan mayoritas suara pada babak pertama.

Sementara itu, Kishida kemungkinan akan memiliki keuntungan dalam putaran kedua karena anggota akar rumput LDP tidak akan memilih dan tekanan dari faksi partai akan muncul. Terkait kebijakan ekonomi, di mana Jepang sedang berjuang untuk pulih dari gelombang virus corona berturut-turut, Kono menginginkan stimulus lebih lanjut untuk memprioritaskan energi terbarukan dan perluasan jaringan 5G. Sementara Kishida mengatakan Jepang harus mengupayakan bentuk kapitalisme baru untuk mengurangi disparitas pendapatan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement