Selasa 21 Sep 2021 22:37 WIB

Didiskiminasi, India Minta Aturan Karantina Inggris Dicabut

Inggris tidak mengakui vaksin Covishield buatan AstraZeneca yang diproduksi di India

Bendera India (Ilustrasi).
Foto: IST
Bendera India (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Kementerian luar negeri India pada Selasa (21/9) mendesak Inggris untuk mencabut aturan yang mengharuskan pengunjung dari India menjalani karantina meskipun mereka sudah divaksinasi lengkap. Aturan yang akan diberlakukan mulai Oktober itu memancing kemarahan.

Menurut aturan baru itu, Inggris tidak mengakui vaksin Covishield buatan AstraZeneca yang diproduksi di India oleh Serum Institute. Padahal, vaksin tersebut identik dengan vaksin yang telah diberikan pada jutaan orang Inggris.

Baca Juga

Banyak warga India menyebut keputusan itu sebagai diskriminasi, karena orang Inggris yang disuntik dengan vaksin yang sama tidak diharuskan menjalani karantina. Kebijakan Inggris itu juga berpotensi mendapat balasan dari India.

Sumber-sumber di pemerintah India mengatakan mereka kemungkinan akan mengambil tindakan balasan jika masalah itu tidak segera diselesaikan. Menlu India Subrahmanyam Jaishankar mengatakan lewat Twitter bahwa penyelesaian masalah karantina itu mendesak untuk diselesaikan demi kepentingan bersama.

Jaishankar baru saja bertemu dengan Menlu Inggris Liz Truss di New York, Amerika Serikat, ketika mereka menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kedutaan Besar Inggris di New Delhi mengatakan pemerintahnya tengah berupaya dengan India untuk menyelesaikan masalah itu.

"Kami berhubungan dengan Pemerintah India untuk menjajaki kemungkinan memperluas pengakuan sertifikat vaksin bagi orang-orang yang divaksinasi oleh badan kesehatan publik terkait di India," kata juru bicara Kedubes.

Aturan baru Inggris itu, yang mewajibkan karantina 10 hari bagi pelancong dari India, juga berlaku bagi banyak negara lain yang menggunakan Covishield. Shashi Tharoor, seorang penulis dan anggota dewan perwakilan India dari kelompok oposisi, pada Senin (20/9) mengatakan telah membatalkan rencana tur bukunya di Inggris sebagai aksi protes.

Menurut dia, meminta warga India yang telah divaksinasi untuk menjalani karantina adalah tindakan yang menyinggung perasaan. Jairam Ramesh, anggota dewan lainnya, mengatakan keputusan Inggris itu "berbau rasisme".

AstraZeneca adalah salah satu pemasok penting program vaksinasi Inggris bersama Moderna dan Pfizer dari AS. Vaksin AstraZeneca berperan dalam sebagian besar vaksinasi di India. Sejumlah kecil warga India menerima vaksin lokal buatan Bharat Biotech, yang tidak digunakan di Inggris.

 

 

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement