Rabu 22 Sep 2021 07:20 WIB

China Bisa Hindari Masalah Evergrande Jadi Krisis Sistemik

Evergrande masih memiliki aset yang cukup besar untuk memenuhi kewajibannya.

Logo Dana Moneter Internasional (IMF) di luar kantor pusatnya di Washington, DC, AS.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Logo Dana Moneter Internasional (IMF) di luar kantor pusatnya di Washington, DC, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (21/9) mengatakan pihaknya mengikuti perkembangan seputar China Evergrande Group. Akan tetapi, IMF yakin Beijing memiliki alat untuk mencegah situasi berubah menjadi krisis sistemik.

Kepala ekonom IMF Gita Gopinath mengatakan kepada Reuters bahwa sektor real estat adalah bagian besar dari ekonomi China. Potensi gagal bayar (default) China Evergrande dapat berimplikasi pada aktivitas ekonomi dan stabilitas keuangan China.

"Kami mengikuti perkembangan di China dengan sangat cermat," kata Gopinath, menggarisbawahi perlunya reformasi peraturan untuk mengatasi sektor properti yang sangat berpengaruh.

"Kami masih percaya bahwa China memiliki alat dan ruang kebijakan untuk mencegah ini berubah menjadi krisis sistemik."

Evergrande berutang uang ke lebih dari 128 bank dan sekitar 121 lembaga non-bank, menurut isi surat yang bocor, yang ditulis oleh Evergrande kepada pemerintah akhir tahun lalu. Puncaknya pada pekan lalu, investor ritel yang tidak puas berkumpul di markas Evergrande di Shenzhen menuntut uang mereka, setelah perusahaan hanya menawarkan pembayaran bertahap.

Evergrande akhirnya menawarkan sejumlah opsi. Pengumuman manajemen aset Evergrande yang beredar di media China menunjukkan, jika investor meminta pembayaran berupa aset properti, maka dapat menghubungi konsultan investasi atau mendatangi resepsionis dengan membawa kartu identitas dan kontrak investasi.

Pengumuman itu merupakan salah satu dari tiga opsi yang ditawarkan pihak Evergrande yang menuntut pengembalian dana investor sebesar 40 miliar yuan atau sekitar Rp 88,1 triliun. Dengan adanya penawaran terbaru itu, maka permintaan investor berupa uang tunai dapat dibayarkan dengan cara diangsur atau dalam bentuk properti, demikian pernyataan Manajer Aset Evergrande Du Liang.

Menurut dia, investor bisa mendapatkan diskon 28 hingga 52 persen dari harga saat ini jika mereka memilih properti Evergrande dalam bentuk apartemen, toko, atau tempat parkir. "Bagi investor, apartemen tidak selikuid uang tunai. Jadi opsi itu mungkin bukan yang terbaik, meskipun juga bukan yang terburuk," kata Direktur Chanson&Co, Shen Meng, yang bergerak di bidang investasi perbankan sebagaimana dikutip Global Times.

Masalah likuiditas Evergrande diduga disebabkan oleh kredit sebelumnya yang terus meningkat. Perusahaan properti yang pernah mendanai klub sepak bola terkuat di China tersebut terlilit krisis likuiditas dalam beberapa pekan terakhir. 

Evergrande dilaporkan sedang mengalami kegagalan memenuhi kewajiban utang senilai 300 miliar dolar AS (Rp 4,2 kuadriliun). Berkembang spekulasi bahwa otoritas China akan turun tangan untuk menyelamatkan Evergrande. Namun sepertinya harapan itu sangat tipis.

"Evergrande masih memiliki aset yang cukup besar untuk memenuhi kewajibannya. Kalau ada lembaga keuangan yang memberikan pinjaman, pemerintah tidak perlu turun tangan," kata Shen.

Evergrande, lanjut dia, juga mampu menyelesaikan kewajiban utang-utangnya dengan menjual aset-asetnya meskipun tetap mengalami kerugian besar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement