REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Forum Satu Bangsa (FSB), Hery Haryanto Azumi, mengatakan, pandemi Covid-19 yang telah melanda dunia membawa dampak besar bagi perekonomian masyarakat.
Menurut dia, daya beli masyarakat melemah seiring dengan menghilangnya mata pencaharian. Namun, budaya selalu turut serta dalam memperkuat resiliensi masyarakat dalam menghadapi krisis.
"Dalam sejarah krisis di Indonesia, inefektivitas kekuasaan formal pada akhirnya selalu diselamatkan kekuatan budaya yang memiliki akar dalam kehidupan masyarakat," ujarnya dalam acara Dialog Kebangsaan bertema "Bali Survive Bali Bangkit" yang diselenggarakan PW IKA PMII Bali dan PWNU Bali, Sabtu (25/9).
Hery menjelaskan, masyarakat Indonesia telah memiliki modal dasar nilai dan etika sosial yang dapat menjadi pegangan saat kekuasaan formal lemah atau gagal menangani krisis. Misalnya, krisis moneter pada akhir 1990-an yang telah menghancurkan ekonomi Indonesia, ternyata tidak sampai membuat Indonesia bubar.
"Hal ini dapat terjadi karena masih kuatnya struktur sosial yang menopang masyarakat Indonesia, mulai dari lembaga adat sampai organisasi keagamaan yang tumbuh subur di akar rumput sampai di level nasional,” ucap Hery.
Menurut Hery, pemerintah berhutang budi kepada organisasi serta lembaga sosial dan keagamaan dalam menangani berbagai krisis yang pernah terjadi. Dia pun berharap agar kerjasama antara rakyat dan pemerintah dapat mempercepat proses pemulihan ekonomi.
Hery menambahkan, warga Bali dan Indonesia pada umumnya harus menyesuaikan diri dengan transformasi gaya hidup dan ekonomi pasca Covid-19 ini.
Menurut dia, transformasi digital di berbagai sektor kehidupan harus disambut dengan model hidup yang ramah lingkungan, memanusiakan manusia, dan peka secara spiritual.
"Dengan adaptasi ini, kita sebagai bangsa akan survive dan bangkit,” kata Hery.
Pengusaha muda Bali, Ajik Krisna, yang turut menjadi narasumber dalam Dialog Kebangsaan ini menambahkan bahwa budaya Jineng atau lumbung yang berkembang di Bali dapat dipakai sebagai landasan untuk membuat manajemen persediaan yang berskala besar.
"Harus ada transformasi budaya-budaya lokal yang positif menjadi kebijakan di level provinsi atau nasional sehingga rakyat menjadi bagian dari pemilik kebijakan itu,” ujarnya.
Sementara itu, Anak Agung Laksmi sebagai narasumber dari Dinas Pariwisata Bali menyatakan, nilai-nilai sosial seperti yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana turut membuat ketahanan masyarakat Bali meningkat selama pandemi Covid-19.
"Nilai-nilai penghargaan terhadap alam, sesama manusia, dan Tuhan dalam Tri Hita Karana berkembang menjadi solidaritas saling menolong di antara warga Bali,” jelasnya.