REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Terinspirasi dari banyaknya anak muda yang ingin memberikan hadiah terbaik untuk pasangan atau orang terdekatnya, yang terhalang oleh jarak dan keadaan, mahasiswa Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) ciptakan bisnis di industri kreatif. Kondisi pandemi Covid-19 yang tidak mungkin untuk keluar rumah dan keterbatasan dalam membuatnya, menjadikan ide bisnis ini sangat relevan.
Salah satu mahasiswa Universitas BSI kampus Tasikmalaya, Muhammad Inamul Ihsan, memutuskan untuk memulai bisnis di bidang industri kreatif dengan menyediakan jasa untuk pembuatan kado, merangkai bouquet bunga dan snack serta produk lainnya seperti akrilik dan parcel hantaran.
Usaha ini diberi brand evergift.id, Mipan sapaan akrabnya, sudah merintis bisnisnya sejak dibangku kuliah tepatnya pada semester dua. Hingga kini, bisnisnya terus berkembang pesat dan menghasilkan omzet mencapai Rp 5-10 juta per bulan.
Berbekal visi meningkatkan kreativitas di area terbatas dan mengurangi populasi sampah, Mipan menjalankan bisnisnya dengan menambah keunikan terhadap produknya yaitu dengan memanfaatkan bahan yang dapat di daur ulang
“Saya mencoba memanfaatkan bahan daur ulang dan mengubah barang bekas menjadi produk yang lebih cantik dan berguna untuk dijadikan hiasan maupun packaging dari produk-produk yang akan dipasarkan,” tutur Mipan, Senin (27/9).
Dengan upaya tersebut, Mipan berhasil menjalankan visinya sekaligus membuat harga jual produknya ramah di kantong. “Hal ini juga saya lakukan untuk mengatasi kendala yang sering dialami, berupa kenaikan harga bahan baku yang tiba-tiba, serta budget konsumen yang pas-pasan,” ujarnya.
Ia menyebut, untuk mendapatkan omzet yang maksimal, pemasaran dilakukan secara online dan offline dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat pemasarannya.
“Selain pemasaran, hal penting yang perlu diperhatikan dalam berwirausaha adalah inovasi. Saya selalu mengupayakan agar produk yang dibuat selalu terkesan keren dan modern. Sehingga konsumen akan repeat order karena kepuasan terhadap produknya,” terangnya.
Mipan bercerita, dalam prosesnya menjalankan usaha ini, tentunya tidak lepas dari risiko. Dengan memutuskan membuat visi mengurangi populasi sampah ini, menyebabkan beberapa konsumen yang terkadang menganggap bahwa produknya tidak layak.
Lanjutnya, namun hal tersebut justru menjadikan Mipan lebih bersemangat untuk berkarya agar konsumen tidak lagi memiliki persepsi demikian. “Dalam berwirausaha, tentunya akan selalu ada risiko, but take the risk, apapun yang kamu kerjakan sekarang dan semaksimal atau seminimal mungkin, usahamu itu akan tetap berbuah di kemudaian hari,” pungkasnya.
Ia berpesan, kalaupun nantinya gagal dalam berbisnis, jadikan investasi usaha ini sebagai sumber pendapatan saat nanti sudah berumah tangga dan menjalani hari tua.