Selasa 28 Sep 2021 13:57 WIB

Menyikapi Takdir, Pasrah atau Berusaha?

Para sahabat Nabi memahami takdir sebagai penyerahan diri kepada Allah.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Ani Nursalikah
Menyikapi Takdir, Pasrah atau Berusaha?
Foto: EPA-EFE/FAROOQ KHAN
Menyikapi Takdir, Pasrah atau Berusaha?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak dini mungkin kita sudah diajarkan rukun iman. Rukun iman keenam seringkali menjadi pembahasan yang menarik. Tetapi rupanya pembahasan mengenai qada dan qadar atau takdir adalah uraian yang tidak dikenal pada zaman Rasulallah SAW.

Sebagaimana dibahas oleh para filsuf atau para ahli ilmu kalam, para sahabat Nabi memahami takdir sebagai penyerahan diri kepada Allah. Dan dalam arti penyerahan diri itu, tidak dibahas lagi soal takdir tersebut. Ada satu contoh paling bagus yang diperagakan oleh Sayyidina Umar.

Baca Juga

“Sayyidina Umar tidak senang orang berbicara takdir. Sebenarnya pada masa Nabi orang tidak bicara soal itu, pada masa Sayyidina Abu Bakar juga tidak, pertengahan masa Sayydina Umar sudah mulai ada yang berbicara takdir. Siapa yang bicara takdir di hadapan Sayydina Umar, maka Sayyidina Umar akan marah, bahkan kalau perlu dicambuk,” ucap pakar tafsir Alquran Quraish Shihab pada channel Youtube-nya yang berjudul Takdir, Bisa Diubah Atau Hanya Pasrah?.

Itulah sikap Sayyidina Umar, ia memahami yang penting adalah sebagai manusia kita harus berusaha. Tidak usah bahas ini terpaksa atau tidak.

Ada sebuah kisah yang sangat populer sewaktu Sayyidina Umar menuju ke Syam, ke Damaskus, dan ada wabah. Ia membatalkan menuju ke sana. Sahabat Nabi yang lain, Abu Ubaidah Ibn Jarrah yang juga seorang panglima perang dan pandai mengatur siasat, ia bertanya, ‘Hei kamu lari dari takdir wahai Umar?’ Lalu Umar berkata, ‘Saya lari dari takdir menuju takdir yang lain’.

Tapi waktu beliau terbunuh ditikam, beliau berkata, ‘Wa Kaana qadarullahi qadara maqduura’, artinya yang ditakdirkan oleh Allah itu tidak bisa kita mengelak darinya. Itu yang dinamakan ulama-ulama adalah sikap berserah diri kepada Allah SWT. Berusaha dan setelah ada hasil, nah itulah sudah takdirnya Allah.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement