REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Anak Konsultan Kardiologi dr Rahmat Budi Kuswiyanto, SpA(K), M Kes, mengatakan orang tua berperan penting dalam deteksi dini kelainan jantung bawaan (KJB) pada anak. Orang tua perlu mengoptimalkan perawatan dan intervensi untuk meningkatkan usia harapan hidup dan kualitas hidup anak dengan KJB.
Dia menyebut merawat anak dengan KJB tidak sama dengan anak normal. Orang tua dari anak dengan KJB harus selalu memastikan anak mendapatkan penanganan dan perawatan sesuai kondisinya.
"Keberhasilan penangananan anak dengan KJB dapat mengoptimalkan tumbuh kembang dan meningkatkan kualitas hidup anak," ujar dr Rahmat melalui siaran pers Rabu (29/9).
Rahmat mengatakan saat lahir tidak semua anak dengan KJB menunjukkan gejala. Pemeriksaan saturasi oksigen pada anak baru lahir dapat menjadi pemeriksaan dalam deteksi dini penyakit jantung bawaan.
Tindakan yang dilakukan jika ditemukan gejala adalah stabilisasi dan pertolongan pertama untuk memperbaiki keadaan umum. Selanjutnya kontrol rutin sesuai anjuran untuk memantau perkembangan penyakit, diagnosis KJB dan penentuan intervensi.
Penanganan KJB disesuaikan dengan jenis kelainan dan tingkat keparahannya. Meski telah mendapatkan intervensi, anak dengan KJB masih mengalami tantangan kesehatan karena anak dengan KJB mengalami pertumbuhan terus menerus, memiliki komposisi tubuh yang bervariasi dan membutuhkan energi yang adekuat.
Dokter Rahmat mengatakan tujuan penanganan KJB berorientasi untuk mencapai medical goals (meningkatkan kapasitas fungsional, mengontrol faktor risiko, mencegah progresivitas penyakit dan mengurangi risiko kematian) dan health service goals (mengurangi waktu perawatan, penggunaan obat-obatan dan perawatan ulang). Selain itu, orang tua dari anak dengan KJB juga perlu mewujudkan psychological goals (meningkatkan kualitas hidup dan kepercayaan diri, mengatasi kecemasan dan depresi anak) dan social goals (dapat menjalani kehidupan sosial).
Berdasarkan data Indonesia Heart Association, angka kejadian kelainan jantung bawaan (KJB) di Indonesia diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup atau 9: 1.000 kelahiran hidup setiap tahun.
Anak dengan PJB memiliki kelainan pada fungsi maupun struktur jantung. "Padahal jantung dibutuhkan untuk memompa darah supaya mengalir ke seluruh tubuh untuk membawa oksigen dan nutrisi bagi tiap sel tubuh," ujarnya.
Meningkatnya pengeluaran energi dan asupan nutrisi yang tidak memadai membuat anak mudah kelelahan, napas pendek hingga pingsan. Ketidakseimbangan energi jika tidak diatasi dengan tepat dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi dan gagal tumbuh.