Sabtu 02 Oct 2021 03:52 WIB

Studi: Obat Covid-19 Buatan Merck Kurangi Risiko Kematian

Obat antivirus Covid-19 molnupiravir mengurangi sekitar 50 persen risiko rawat inap

Rep: Muhyiddin/ Red: Gita Amanda
Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil studi laboratorium Merck & Co. menunjukkan bahwa obat antivirus Covid-19 molnupiravir mengurangi sekitar 50 persen risiko rawat inap atau kematian bagi pasien yang berisiko penyakit parah. Hal ini berdasarkan hasil uji klinis sementara yang diumumkan pada Jumat (1/10).

Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) ini bersama mitranya, Ridgeback Biotherapeutics berencana untuk mencari otorisasi penggunaan darurat AS untuk pil tersebut sesegera mungkin, dan untuk mengajukan permohonan kepada Badan Pengatur di seluruh dunia.

Baca Juga

Karena hasilnya positif, uji coba Fase III akhirnya dihentikan lebih awal atas rekomendasi Badan Pengawas.“Ini akan mengubah dialog seputar cara mengelola Covid-19,” ujar CEO Merck, Robert Davis kepada Reuters, Jumat (1/10).

Jika diizinkan oleh Badan Pengawas, molnupiravir akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk Covid-19. Berita tersebut membuat saham Merck naik hampir 8 persen dalam perdagangan pra-pasar di New York.

Analisis sementara yang direncanakan terhadap 775 pasien dalam penelitian Merck menemukan bahwa 7,3 persen dari mereka yang diberi molnupiravir dirawat di rumah sakit atau meninggal 29 hari setelah pengobatan, dibandingkan dengan 14,1 persen pasien plasebo. Tidak ada kematian pada kelompok molnupiravir, tetapi ada delapan kematian pasien plasebo.

“Perawatan antivirus yang dapat dilakukan di rumah untuk mencegah orang dengan Covid-19 keluar dari rumah sakit sangat dibutuhkan,” kata CEO Ridgeback, Wendy Holman dalam sebuah pernyataan.

Para ilmuwan menyambut baik potensi pengobatan baru untuk membantu mencegah penyakit serius dari virus, yang telah menewaskan hampir 5 juta orang di seluruh dunia. Dalam uji coba, yang melibatkan pasien di seluruh dunia, molnupiravir diminum setiap 12 jam selama lima hari.

“Ketersediaan antivirus oral yang dapat ditoleransi dengan baik dan efektif akan sangat berguna dalam melengkapi vaksinasi sebagai sarana untuk mengurangi proporsi pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit,” jelas Penny Ward, profesor tamu dalam kedokteran farmasi di King's College London.

Studi ini mendaftarkan pasien dengan Covid-19 ringan hingga sedang yang dikonfirmasi laboratorium, yang memiliki gejala tidak lebih dari lima hari. Semua pasien memiliki setidaknya satu faktor risiko yang terkait dengan hasil penyakit yang buruk, seperti obesitas atau usia yang lebih tua.

Merck mengatakan pengurutan virus yang dilakukan sejauh ini menunjukkan molnupiravir efektif melawan semua varian virus corona, termasuk Delta yang sangat menular.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement