REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moskow, Rusia, menggelar pameran “Pesona Batik Indonesia” pada 3 September hingga 3 Oktober lalu. Acara yang digelar di All-Russian Decorative Art Museum di Moskow ini mencatat sebanyak kehadiran 3.925 pengunjung sepanjang masa pelaksanaan.
“Pameran dan workshop batik yang telah berlangsung selama sebulan di Moskow ini, dari tanggal 3 September hingga 3 Oktober, kiranya menjadi langkah yang baik untuk terus memperkenalkan tradisi dan keindahan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia kepada masyarakat Rusia”, ungkap Duta Besar RI untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, Jose Tavares, saat menyampaikan kata sambutan resepsi pada Ahad (3/10), dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (7/10).
Tanggapan positif disampaikan para tamu undangan. “Saat ini saya sedang belajar untuk membatik sehingga pameran ini tidak boleh dilewatkan. Saya berharap dapat memperkaya wawasan saya tentang motif, warna dan jenis batik Indonesia”, ujar Valeria Savina, seorang mahasiswi Rusia asal Saint Petersburg yang berjarak 750 km dari Moskow atau tujuh jam perjalanan melalui jalur darat.
“Saya dua kali datang ke pameran batik ini. Segala sesuatu tentang batik Indonesia sangat berkesan, mulai dari proses pembuatan hingga filosofi yang terkandung pada setiap motif batik Indonesia”, ujar Mashikwane Rebecca Mohuba, istri seorang diplomat senior di Kedutaan Besar Afrika Selatan di Moskow. Ia menghadiri resepsi sebagai perwakilan International Women’s Club (IWC) Moscow. IWC Moscow adalah asosasi wanita ekspatriat terbesar di Moskow dan saat ini memiliki anggota yang berasal dari 110 negara.
“Sungguh kesempatan langka untuk dapat hadir di acara promosi batik KBRI Moskow ini. Saya sebelumnya tidak mengetahui banyak tentang budaya Indonesia," ungkap Ekaterina Shchukina Viktorovna, mahasiswi jurusan Hukum Internasional pada MGIMO University, salah satu universitas bergengsi di Rusia. "Sekarang saya terpesona akan kekayaan budaya Indonesia, khususnya terkait batik, mulai dari kain batik yang dipamerkan, penampilan para penari warga Rusia saat fashion dance batik Indonesia dengan iringan musik yang sangat keren.”
Puncak acara resepsi adalah pertunjukan budaya fashion dance bertema batik Indonesia, hasil kolaborasi sanggar tari binaan KBRI Moskow, “Kirana Nusantara Dance” (KND), dengan musisi Anon Suneko dari Omah Gamelan Yogyakarta yang juga dosen ISI Yogyakarta.
Pertunjukan fashion dance merupakan acara perpaduan secara medley antara fashion show beragam kain batik dengan penampilan Tari Batik yang menggambarkan keindahan kisah proses membatik dalam tradisi budaya Jawa. Keluwesan gerak dan tarian ditampilkan mempesona oleh para penari yang seluruhnya adalah warga Rusia.
Acara resepsi ditutup dengan final tour oleh para tamu undangan yang hadir bersama Dubes Tavares dan Ibu Fitria Wibowo Tavares, untuk melihat keindahan beragam koleksi kain batik Indonesia yang ditampilkan. Turut menemani dalam final tour adalah Nina Nostrum, selaku kurator kreatif museum, dan Anastasia Marakhina, selaku tutor workshop membatik.
Apresiasi juga datang dari jurnalis yang hadir. "Saya sudah pernah mengetahui tentang batik Indonesia, tetapi baru kali ini melihat secara langsung keragaman warna, motif dan proses pembuatan batik Indonesia. Semuanya unik dan sangat mengagumkan", ujar Muhammad Khaled, jurnalis Russia Today (Arabic).
Resepsi dihadiri oleh tamu undangan dari beragam kalangan, seperti Duta Besar (Kolombia dan Montenegro), Presiden IWC Moscow yang merupakan istri Duta Besar Yordania untuk Rusia, anggota IWC Moscow, Dharma Wanita Persatuan KBRI Moskow, museum, galeri seni, media, akademisi, seniman, pengusaha, komunitas pencinta seni, Indonesianis dan diaspora Indonesia.
Sebelumnya, setiap Sabtu selama September, diadakan pula workshop “Ayo Membatik” oleh KBRI Moskow di museum yang sama. Workshop membatik terdiri dari dua kelas yaitu membatik klasik di atas medium kain dan membatik kontemporer dengan melukis motif batik di atas kayu. Sebanyak 52 warga Rusia dan peserta internasional lainnya mengikuti workshop yang difasilitasi dua orang tutor warga Rusia yang merupakan alumni penerima beasiswa Darmasiswa Republik Indonesia dan sempat mempelajari batik di salah satu universitas di Indonesia.
“Batik Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri saya saat ini. Saya belajar dan semakin mencintai batik Indonesia. Sekarang ini, saya telah dikenal di Moskow sebagai guru batik Indonesia,” ungkap Anastasia Marakhina, seniman yang menjadi tutor untuk kelas workshop membatik klasik di atas medium kain.
Tutor lainnya adalah seorang pelukis Rusia, Vladimir Kirichenko, yang memberikan workshop membatik kontemporer dengan melukis motif batik di atas kayu. “Saya senang sekali dapat memperkenalkan batik Indonesia yang kaya akan motif dan cerita. Secara pribadi, saya sangat menyukai motif Kawung karena memiliki keindahan dalam lapisan warna dan simetri bentuk,” ujar Vladimir.
Antusias dan kepuasan para peserta workshop tercermin dalam kesan yang mereka sampaikan. “Keseluruhan proses membatik dengan menggunakan canting dan lilin ternyata sangat menyenangkan sekalipun membutuhkan kesabaran. Saya sekarang memahami mengapa sehelai kain batik tulis memiliki harga yang tinggi di pasaran,” ungkap Galina Edi, warga Rusia pencinta seni yang menjadi peserta workshop membatik.
Hal senada juga diutarakan Marina Norkus, warga Rusia yang berprofesi sebagai pengajar taman kanak-kanak. “Saya suka melukis. Buat saya belajar membatik adalah hal yang menarik dan sangat berbeda dengan melukis secara konvensional. Melukis dengan menggunakan canting dan lilin panas membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang tinggi. Saya membayangkan berapa waktu yang dibutuhkan untuk melukis sehelai kain batik,” kata Marina.
“Saya mengetahui batik Indonesia hanya dari informasi di internet. Saya mengikuti workshop, karena penasaran dengan cara membatik. Ternyata proses membatik tidak mudah, tetapi menantang. Setiap goresan dan garis dalam membatik ternyata mempunyai arti sendiri dan saya belajar banyak hal baru”, ujar Irina Makrushina, seorang ibu rumah tangga, yang hadir bersama sang putera, Roman Lagashin (11 tahun).
“Mengikuti workshop membatik ini merupakan salah satu hari terbaik saya. Berbagai informasi baru tentang Indonesia dan batik Indonesia yang indah saya dapatkan dalam workshop ini. Saya berharap memiliki baju batik yang bagus suatu saat nanti”, tutur Roman, menambahkan kesan yang disampaikan sang ibu.