REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menghentikan pembangunan permukiman khusus Yahudi di Tepi Barat yang diduduki. Situs berita Israel, Walla yang mengutip sejumlah sumber Israel mengatakan bahwa, Utusan Diplomatik AS Michael Ratney menyampaikan permintaan tersebut ke kantor Bennett pekan lalu.
Seperti dilansir Middle East Monitor, Kamis (7/10), menurut sumber tersebut, Ratney juga telah menyuarakan keprihatinan tentang kemungkinan pembangunan di koridor E1 antara Yerusalem dan pemukiman ilegal Maale Adumim. Seorang pejabat AS mengatakan, pemerintah AS terus melakukan berkomunikasi dengan Israel tentang pembangunan permukiman Yahudi sejak Biden bertemu dengan Bennett di Gedung Putih pada akhir Agustus lalu
Sekitar 650 ribu warga Israel saat ini tinggal secara ilegal di Tepi Barat. Mereka tersebar di 164 pemukiman dan 124 pos terdepan. Di bawah hukum internasional, semua pemukiman Yahudi dan pos-pos di wilayah pendudukan dianggap ilegal.
Pada Selasa (5/10) lalu, pemukim Israel membakar pohon zaitun milik warga Palestina di kota Nablus, Tepi Barat yang diduduki. Seorang pejabat Palestina yang memantau kegiatan pemukiman di Tepi Barat utara, Ghassan Daghlas, mengatakan, sekelompok pemukim dari pemukiman ilegal Har Brakha di Nablus telah mencuri buah zaitun dari tanah milik Omar Youssuf Al-Qenni di kota Kafr Qalil."Para pemukim Israel membakar puluhan pohon zaitun di antara desa Jorish dan Qusra, dekat pemukiman ilegal Israel di Majdolim," ujar Daghlas.
Daghlas memperingatkan peningkatan serangan pemukim saat mendekati awal musim panen zaitun. Dia menambahkan bahwa, para pemukim menargetkan petani dan tanah Palestina, terutama di daerah yang berdekatan dengan pemukiman mereka.
Serangan pemukim Yahudi terhadap petani Palestina dan tanah mereka dilaporkan meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Peningkatan serangan biasanya terjadi ketika bertepatan dengan dimulainya musim panen zaitun.
Palestina mengatakan, pihak berwenang Israel mengizinkan pemukim untuk melanjutkan serangan mereka tanpa konsekuensi. Hal ini dinilai sebagai bagian dari upaya untuk mengintensifkan pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah pendudukan.