REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang-orang pada masa lalu terbiasa mandi di pemandian umum, di mana pemandian umum itu memiliki air hangat. Oleh orang-orang Arab pemandian semacam itu disebut dengan hammam.
Pada masa itu bahkan sampai zaman sekarang, pemandian-pemandian umum seperti itu banyak yang memperbolehkan orang-orang masuk ke kolam pemandian dengan bertelanjang tanpa sehelai benang pun. Model pemandian seperti ini juga sangat populer di Jepang di mana orang-orangnya tidak berbusana sama sekali.
Terhadap pemandian seperti itu dilarang bagi seorang Muslim untuk memasukinya. Sebab sekalipun diri sendiri menutup aurat dengan rapat tapi tetap akan mendatangkan maksiat karena akan melihat aurat-aurat orang lainnya yang bertelanjang.
Ini berpijak pada satu keterangan dalam kitab At Targhib Wat Tarhib yang menuliskan sebuah hadits Nabi Muhammad SAW:
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِذَاكَانَ اَخِرُالزَّمَانِ حُرِّمَ فِيْهِ دُخُوْلُ الْحَمَّامِ عَلَى ذُكُةوْرِأُمَّتِى بِمَازِرِهَا . قَالُوْايَارَسُوْلَ اللَّهِ لِمَ ذَاكَ؟ قَالَ لِاَنَّهُمْ يَدْخَلُوْنَ عَلَى قَوْمٍ عُرَاةٍ الاَوَقَدْلَعَنَ اللَّهُ النَّاظِرَوَالْمَنْظُوْرَاِلَيْهِ.
Rasulullah SAW bersabda: Ketika sudah akhir zaman, diharamkan pada masa itu masuk ke hammam dari umatku kendati pun dengan kain penutup (sarung atau lainnya). Bertanya sahabat: Ya Rasulullah mengapa demikian? Rasul menjawab: Karena sesungguhnya mereka termasuk dari kaum yang telanjang, Allah melaknati orang-orang yang membuka aurat dan orang-orang yang melihat aurat.