REPUBLIKA.CO.ID, HYDERABAD -- Pelapor dan eks Karyawan Facebook Frances Haugen mengatakan kepada pihak berwenang Amerika Serikat pada Selasa (5/10), Facebook sangat menyadari narasi anti-Muslim yang menghasut di India. Namun, pertimbangan politik yang ada mencegah Facebook mengambil tindakan.
Haugen mengutip dokumen internal perusahaan mengacu pada konten yang menyebarkan ketakutan dan dipromosikan oleh pengguna, grup, dan laman Rashtriya Swayamsevak Sangh. Selain itu, Haugen mengklaim pertimbangan politik mencegah Facebook memberikan penunjukan ke grup ini. Dia merujuk pada catatan internal tentang konten kebencian yang menargetkan Muslim di India.
“Ada sejumlah unggahan tidak manusiawi yang membandingkan Muslim dengan babi dan anjing. Ada juga informasi yang salah yang mengklaim Alquran menyerukan laki-laki untuk memperkosa anggota keluarga perempuan mereka,” kata Haugen mengutip dokumen perusahaan, dilansir The Siasat Daily, Jumat (8/10).
Dokumen tersebut diduga menyatakan tidak ada tindakan yang diambil terhadap sebagian besar konten ini karena perusahaan tidak memiliki pengklasifikasi atau algoritma Hindi dan Bengali yang mendeteksi ujaran kebencian. CBS News melaporkan Haugen telah mengajukan delapan keluhan terhadap Facebook dengan sekuritas AS dan komisi pertukaran. Dia mendasarkan keluhannya pada puluhan ribu dokumen yang dia salin secara diam-diam sebelum meninggalkan Facebook pada Mei. Setidaknya empat di antaranya berisi referensi ke India.
Pengacara Haugan dilaporkan mengutip dokumen internal perusahaan untuk menunjukkan India yang diklasifikasikan sebagai negara Tier-0. Negara Tier-0 menyiratkan perusahaan akan lebih memperhatikan daerah selama siklus pemilihan penting.
https://www.siasat.com/facebook-aware-of-anti-muslim-content-in-india-took-little-action-2203736/